Ditegaskan Dody produksi kerupuk Desa Kenanga akan terus berkelanjutan kendati harga BBM naik. Sebelumnya pengrajin kerupuk pernah mengalami masa sulit ketika Covid-19 mewabah dua tahun lalu. Pada saat itu penjualan mengalami penurunan sampai 60 persen karena daya beli masyarakat menurun drastis.
“Bukan kali ini saja kita mengalami kondisi kaya ini (kesulitan). Paling sulit waktu Covid-19, kerupuk diproduksi tapi pembeli tidak ada. Karena itu kita akan hadapi situasi kenaikan harga BBM ini dengan melakukan subsidi silang yang penting masih bertahan,” kata Dody.
Dikatakan Dody, dampak yang paling dirasakan pengrajin kerupuk dengan kenaikan harga BBM ini adalah kelangkaan bahan baku seperti tepung tapioka, gula pasir, dan ikan.