Tomi (41) adalah pemilik rumah ‘gubuk’ itu. Ia bersama istri dan dua anaknya masih balita sudah hampir lima tahun menempatinya. Walau rumah ‘gubuk’ serba tidak layak namun Tomi bertahan karena tidak ada pilihan lagi. Baginya rumah itu adalah istana yang sangat berharga.
Diceritakan Tomi, jika turun hujan air masuk ke dalam rumah, lantai pun tergenang dan berlumpur. “Jika turun hujan saya selalu berdoa kepada Allah, agar hujan turun jangan disertai angin. Saya takut rumah ini roboh,” tutur Tomi kepada mhnews.id saat ditemui di rumahnya, Senin (7/11).
Tomi mengaku hanya sebagai seorang pengamen. Ia hanya berpenghasilan rata-rata Rp 30.000,00 sampai Rp 50.000,00 sehari, itu pun tidak menentu. Pengasilan itu untuk makan-minum pun kadang tidak dapat mencukupi keluarganya apalagi bisa memperbaiki rumah ‘gubuk’nya.
Selain ngamen ia mau bekerja apa saja untuk mendapatkan tambahan uang. Karenanya, Tomi pun terkadang menjadi buruh serabutan. “Selain ngamen saya juga jadi kuli serabutan. Ya kadang ada yang nyuruh bersihin rumput. Saya sih mau aja yang penting halal,” tutur dia.