Imam An-Nawawi rahimahullah berkata: “Hadits ini mempunyai dua makna: Pertama: Allâh Azza wa Jalla akan meninggikan derajatnya di dunia, dan mengokohkan sifat tawadhu’nya dalam hati hingga Allâh Azza wa Jalla mengangkat derajatnya di mata manusia.
Kedua: Pahala di akhirat, yakni Allâh Azza wa Jalla akan mengangkat derajatnya di akhirat disebabkan tawadhu’nya di dunia. Oleh karena itu Ibnul Hâj rahimahullah menyatakan: Siapa yang menginginkan ketinggian, maka hendaknya bersifat rendah hati (tawadhu’).
Kemuliaan yang didapatkan dari sifat tawadhu’ dikarenakan beberapa hal, diantaranya:
1. Tawadhu’ adalah akhlak para nabi dan Rasul.
2. Semua orang menyayangi orang yang rendah hati dan tidak menyombongkan diri. Tawadhu’ dapat mendatangkan rasa cinta, persaudaraan dan menghilangkan kebencian.
Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda: “Dan sesungguhnya Allâh mewahyukan padaku untuk memiliki sifat tawadhu’. Janganlah seseorang menyombongkan diri (berbangga diri) dan melampaui batas pada yang lain.” [H.R. Muslim No. 2865].