Sejak revolusi hijau tahun 1968/1969, melalui Bimas Inmas, dan terus hingga sekarang produksi padi diupayakan harus terus meningkat. Untuk hal ini, peranan pupuk sangatlah menentukan. Dengan demikan pemberian pupuk tidak boleh terlambat.
Penulis teringat pada tahun 70-an, sebagian besar petani belum mengerti manfaat pupuk bagi tanaman, sehingga pupuk yang diperoleh pada pembagian gratis dari pemerintah dibiarkan begitu saja di bawah kolong kandang kambing atau kolong lumbung padi.
Tetapi sekarang, setiap musim tanam tiba, berita yang paling menarik dan suasana gaduh paling mengkhawatirkan adalah hiruk-pikuknya penyaluran pupuk bersubsidi. Karena harganya lebih murah daripada pupuk non subsidi.
Setiap tahun manakala pupuk bersubsidi mulai dibutuhkan petani, maka saat itu pula terjadi kegaduhan di setiap tempat dengan kondisi beragam, antara lain; pupuknya tidak ada, jumlahnya kurang, harganya tidak sesuai anjuran, paketan dan lain-lain. Hal ini terjadi bertahun-tahun.