Ketika senja telah berlalu dan malam pun tiba, Ulbah berusaha memejamkan matanya. Tapi bagaimana mau memejamkan mata sementara hati masih diliputi kesedihan karena tak mampu bersedekah. Hatinya gundah lantara memikirkan akhirat.
Di atas tikar yang lusuh dan robek-robek Ulbah hanya membolak-balikkan badannya. Ia begitu gelisah. Sementara malam kian larut dan kantuk tak juga meredakan kesedihannya.
Karena tak juga tidur, Ulbah bin Zaid lalu bangun. Lantas Ulbah berwudhu dan melaksanakan sholat malam. Ia pasrahkan seluruh jiwa, raga, hatinya kepada Alloh Azza wa Jalla. Ia bermunajat dan mengadukan segala kesedihannya kepada Alloh Azza wa Jalla.
Sebagai orang beriman, Ulbah bin Zaid hanya mau mengadukan segala sesuatu kepada Alloh Azza wa Jalla. Ia melakukannya sebagaimana Nabi Ya’qub A.S.. “Hanya kepada Alloh aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku…” (Q.S. Yusuf: 86).