Disampaikan, kondisi ini berbeda dengan tiga tahun belakangan, yang dilanda kemarau basah karena pengaruh La Nina. Adapun saat ini, 63 persen wilayah Indonesia telah memasuki musim kemarau.
Kendati begitu, El Nino di Indonesia berada pada level moderat ke arah lemah, dipengaruhi oleh dua samudra dan dua benua yang mengapit sebagai radiator.
“Lautan yang luas inilah yang menolong. Akibatnya El Nino kita lemah sampai moderat, dan diprediksi puncaknya di musim kemarau di bulan Agustus-September. Itulah yang harus diwaspadai karena sekarang sudah siaga, karena sudah memasuki El Nino di Juli, dan siaga hingga Oktober 2023,” ujarnya.
Dwikorita memprediksi, fenomena kemarau kering pada 2023 akan mirip dengan fenomena pada 2018 dan 2019. Pada 2018, terjadi El Nino pada level moderat ke lemah selama 4 bulan. Fenomena terjadi hampir merata di seluruh wilayah Indonesia.