Lalu Umair bin Al-Humam membuang sisa kurma di tangannya dan kemudian ia masuk ke medan perang, bertempur hingga gugur. [H.R. Muslim no 1901 dan Ahmad (III/136-137].
Itulah Umair bin al-Human, karena zuhudnya ia menganggap waktu yang dihabiskan untuk memakan sisa (sepotong) kurma sebagai kehidupan duniawi dianggapnya terlalu lama bila dibandingkan dengan kerinduannya kepada Surga (kenikamatan akhirat).
Sikap zuhud Umair ini tentu bertolak belakang dengan kebanyakan dari ummat manusia yang berambisi mengumpulkan dan bergelimang kenikmatan dunia. Terlebih lagi yang menganggap kenikmatan dunia akan kekal.
Belajar dari Umair, maka memanfaatkan waktu sebaik-baiknya dalam ketaan kepada Alloh Azza wa Jalla sebelum datangnya penyesalan yang tidak berguna sama sekali itu adalah sebuah keniscayaan, sebagai mana firman Alloh Azza wa Jalla.