“…Aku penuhi panggilan-Mu dengan senang hati, kebaikan seluruhnya ada di kedua tangan-Mu, dan keburukan tidaklah dinisbatkan kepada-Mu. Aku berlindung dan bersandar kepada-Mu, Mahasuci Engkau dan Mahatinggi… .” [H.R. Muslim].
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, mengomentari hadits ini. Mahasuci dan Mahatinggi Allah dari penisbatan keburukan kepada-Nya, bahkan segala yang dinisbatkan kepada-Nya ialah kebaikan. Keburukan hanyalah menjadi keburukan karena terputus hubungannya kepada-Nya.
Seandainya dihubungkan kepada-Nya, niscaya bukan suatu keburukan. Allah menciptakan kebaikan dan keburukan, lalu keburukan itu ada pada sebagian makhluk-Nya, bukan dalam penciptaan dan perbuatan-Nya.
Penciptaan, perbuatan, qadha’, dan qadar-Nya adalah baik seluruhnya. Karena itu Dia Subhanahu wa Ta’alasuci dari kezhaliman, yang mana hakikat dari kezhaliman itu sendiri ialah meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya.