Kala itu, umur beliau mencapai 65 tahun (berdasarkan pendapat yang paling kuat) sedangkan Rasululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam tengah berumur 50 tahun.
Peristiwa ditinggalkan orang-orang terdekat ini yang secara beruntun ini sangat membekas pada diri Rasululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam. Sehingga sebagian ahli sejarah, menyebut tahun tersebut sebagai tahun kesedihan.
Namun penamaan ini tidak dipakai oleh sebagian ahli sejarah lainnya. Karena, kesedihan yang dirasakan Rasululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bukan disebabkan ditinggal dua orang yang sangat beliau shollallohu ‘alaihi wa sallam cintai ini.
Akan tetapi, karena beliau merasakan kaumnya semakin berani menolak dakwah. Mereka semakin gencar menghalangi dan berusaha mematikan dakwah al-haq ini.