ALHAMDULILLAHI ROBBIL ‘ALAMIN. Allahumma sholli ‘ala Muhammad, wa‘ala alihi wa shohbihi wa sallam. Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam menganugrahi Abdullah Dzul Bijadain sebagai hamba yang bertaubat karena kezuhudannya dalam menjalan syariat Islam.
Dari Uqbah bin Amir, Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam bersabda kepada seorang laki-laki yang dikenal atau biasa dipanggil Dzul Bijadain:
Sesungguhnya, dia adalah adalah sosok orang yang gemar berdzikir. Memang, dia banyak atau sering berdzikir kepada Alloh dan sering juga membaca al-Qur’an serta mengeraskan suaranya pada saat berdoa. [H.R. Ahmad dan ath-Thabrani].
Kezuhudan Dzul dalam menjalankan syariat Islam menginspirasi para sahabat Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam lainnya, tak terkecuali Ibnu Mas’ud.
Ibu Mas’ud bercerita, “Aku bangun pada tengah malam ketika ikut bersama Rasululloh dalam Perang Tabuk. Lantas aku melihat ada obor pada salah satu sudut markas. Aku menghampiri cahaya obor itu. Di sana ada Rasululloh, Abu Bakar, dan Umar.
Mereka sedang mengurus jenazah Dzul Bijadain yang telah wafat. Mereka sudah menggali kuburan untuknya dan Rasululloh telah berada di dalam kuburan itu.
Rasululloh meminta kepada Abu Bakar dan Umar untuk menyerahkan jenazah Dzul Bijadain. Setelah diletakan di liang lahat, Rasululloh pun memiringkan jasad Dzul. Rasululloh bersabda: Ya Allah, sesungguhnya pada malam ini aku ridha kepadanya, maka ridhailah dia.
Menyaksikan peristiwa itu Ibnu Mas’ud merasa takjub, “Duhai, seandainya aku yang dikuburkan ketika itu.”
Kesalehan dan ketaqwaan Dzul telah mengantarkannya pada kemuliaan yang agung sehingga Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam pun mau menguburkan langsung jasadnya dan mendoakan.
Itulah balasan bagi sahabat mulia yang rela meninggalkan nikmatnya dunia demi meraih keridhaan Alloh Azza wa Jalla. Dzul paham nilai dunia di sisi Allah Azza wa Jalla tidaklah sebanding dengan sayap nyamuk.
Dzul paham, bahwa perhiasan dunia itu tidak kekal. Ia hanya barang pinjaman yang kelak harus dikembalikan. Karena kepahamannya itu, Dzul rela meninggalkan kenikmatan hidup bersama Pamannya yang kaya raya.
Dzul tinggalkan nikmat dunia dan memilih meraih kekayaan dan kenikmatan yang lebih mulia dan abadi, yaitu nikmat Islam. Alloh Azza wa Jalla berfirman:
Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agamamu. [Q.S. Al-Maidah: 3].
Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sendagurauan, perhiasan dan saling berbangga di antara kamu serta berlomba dalam kekayaan dan anak keturunan, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian (tanaman) itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur.
Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Alloh serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia tidak lain hanyalah kesenangan yang palsu. [Q.S. Al Hadid: 20].
Penulis : Wawan Idris
Sumber : Ensiklopedi Sahabat karya Mahmud Al-Mishri, Pustaka Imam Asy-syafi’i