26.6 C
Indramayu
Jumat, Desember 6, 2024


Kisah Ulbah bin Zaid: Sikap Orang Munafik dan Kaum Beriman saat Menghadapi Perang Tabuk (2)

ALHAMDULILLAHI ROBBIL ‘ALAMIN. Allahumma sholli ‘ala Muhammad, wa‘ala alihi wa shohbihi wa sallam. Jaad bin Qois adalah satu orang munafik. Ia mencari-cari alasan untuk tidak berangkat perang pada Perang Tabuk.

Berbeda dengan orang munafik seperti Jaad bin Qois, kaum muslimin, begitu mendengar seruan jihad di jalan Alloh Ta’ala mereka berbondong-bondong memenuhi kota Madinah dari seluruh penjuru negeri.

- Advertisement -

Bagaimana tidak mereka berbondong-bondong berjihad di jalan Alloh Azza wa Jalla sedangkan gerbang surga yang luasnya seluas langit dan bumi akan dibukakan untuk mereka. Alloh berfirman:

Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema’afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.”(Q.S. Ali Imron: 133-134).

Bagaimana mereka tidak berhasrat untuk berangkat jihad, sementara mereka tahu bahwasanya jalan tercepat masuk surga adalah dengan jihad, lalu badan mereka tertusuk, tercabik, memuncratkan darah, lalu mereka gugur sebagai syahid, lantas para malaikat berebut menaikkan ruhnya ke langit.

Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Nabi shallallohu ‘alaihi wasallamNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.” (Q.S. Ash Shaaf: 10-11)

Terngiang-ngiang di telinga mereka ayat-ayat yang berhubungan dengan jihad, ayat-ayat jihad, bukan ayat-ayat cinta.

Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah, lalu mereka membunuh atau terbunuh….” (Q.S. At Taubah: 111)

Ayat-ayat ini benar-benar hadir di dalam hati mereka. Mengapa? Karena kehidupan akhirat telah hadir dalam kehidupan duniawi mereka. Berbeda dengan kita, yang terlalu cinta kepada dunia sehingga lupa pada akhirat.

Memang kaki mereka masih menyentuh tanah, badan mereka pun masih bersentuhan dengan alam nyata dunia, akan tetapi ruh mereka sudah bersiap-siap menjejaki surga, alam pikiran mereka telah terasa sujud di bawah ‘Arsy Alloh Ta’ala. Allohu Akbar!

Maka berbondong-bondonglah mereka ke kota Madinah, saat Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam meminta bantuan ummatnya. Maka Beliau mengajak para dermawan untuk menginfakkan hartanya demi keberangkatan pasukan prihatin ini (Jaisyul Usroh).

Dsebut pasukan prihatin karena keadaan mereka sangat miskin, satu onta harus bergantian untuk delapan belas orang pasukan perang, makanan mereka adalah dedaunan agar sekalian dapat airnya, bahkan terkadang harus memotong seekor unta agar dapat air dan makanan sekaligus.

Bahkan orang-orang yang tidak mampu, tidak memiliki apa-apa dan miskin juga datang kepada Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam. Berharap dirinya diikutsertakan dalam Perangan Tabuk sekaligus, minta bekal untuk perang. Di antara orang miskin (fakir) itu adalah Ulbah bin Zaid. Alloh berfirman:

dan tiada (pula) berdosa atas orang-orang yang apabila mereka datang kepadamu, supaya kamu memberi mereka kendaraan, lalu kamu berkata:

“Aku tidak memperoleh kendaraan untuk membawamu.” Lalu mereka kembali, sedang mata mereka bercucuran air mata karena kesedihan, lantaran mereka tidak memperoleh apa yang akan mereka nafkahkan.” (Q.S. At Taubah: 92). (bersambung).

Penulis  : Wawan Idris
Sumber : darunnajah.ac.id

 

Artikel Terkait

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terpopuler