ALHAMDULILLAHI ROBBIL ‘ALAMIN. Allahumma sholli ‘ala Muhammad, wa‘ala alihi wa shohbihi wa sallam. Srorang sahabat bertanya, “Saya mempunyai seorang teman yang sering berbicara mencemarkan nama baik orang lain.
Saya sering menasehatinya tapi dia tetap tidak mau berubah. Perbuatannya itu sudah menjadi kebiasannya. Dan kadang-kadang dia melakukannya dengan alasan niatnya baik. Apakah orang seperti dia boleh kita kucilkan?”
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz dalam almanhaj.or.id., menjelaskan membicarakan dan mencemarkan nama baik kaum muslimin yang tidak mereka sukai merupakan kemungkaran yang besar dan termasuk ghibah.
Perbuatan tersebut termasuk yang diharamkan dalam agama Islam bahkan masuk kategori dosa besar. Hal ini sesuai dengan firman Allah Azza wa Jalla.
“Dan janganlah sebagian kalian ghibah (menggunjing) sebagian yang lain. Sukakah salah seorang diantara kamu memakan daging saudaranya yang telah mati?
Maka tentulah kalian akan merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat dan Maha Penyayang”. [Al-Hujurat: 12].
Dan juga berdasarkan sebuah hadits riwayat imam Muslim dalam kitab shahihnya dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Tahukah kalian apa itu ghibah (menggunjing)?. Para sahabat menjawab: Allah dan Rasul-Nya yang paling tahu.
Kemudian beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Ghibah adalah engkau membicarakan tentang saudaramu sesuatu yang dia benci. Ada yang bertanya. Wahai Rasulullah bagaimana kalau yang kami katakan itu betul-betul ada pada dirinya?
Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: Jika yang kalian katakan itu betul, berarti kalian telah berbuat ghibah. Dan jika kalian katakan tidak betul, berarti kalian telah memfitnah (mengucapkan kebohongan)” [H.R. Muslim].
Disebutkan dalam sebuah hadits shahih. “Ketika beliau di mi’rajkan, beliau melewati sekelompok orang yang mempunyai kuku-kuku dari tembaga. Mereka mencakar-cakar wajah dan dada mereka sendiri dengan kuku tembaga tersebut.
Lalu beliau bertanya kepada Jibril: Wahai Jibril siapa mereka itu? Jibril menjawab: Mereka adalah orang-orang yang sering makan daging manusia, dan mereka yang suka membicarakan kejelekan orang lain” [H.R. Ahmad dan Abu Dawud].
Dan Abu Dawud meriwayatkan dengan sanad hasan sebuah hadits dari Abu Hurairah secara marfu. “Sesungguhnya termasuk riba yang paling besar adalah mencemarkan kehormatan seorang muslim tanpa alasan yang hak” [H.R. Abu Dawud].
Oleh karena itu wajib bagi kita, kaum muslimin untuk tidak duduk-duduk dan berbincang-bincang dengan orang yang sedang menggunjing kaum muslimin.
Sebaiknya kita harus menasehati dan mengingkari perbuatan tersebut, berdasarkan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
“Barangsiapa diantara kalian melihat kemungkaran, rubahlah dengan tangannya. Jika dia tidak mampu, rubahlah dengan lidahnya. Jika dia tidak mampu, rubahlah dengan hatinya. Dan itulah selemah-lemah iman”. [H.R. Muslim].
Jika kita tidak sanggup mencegah dan menasehati mereka, maka segeralah kita pergi dan tidak duduk-duduk bersama mereka. Ini termasuk cara mengingkari perbuatan mereka.
Mudah-mudahan Allah Azza wa Jalla memperbaiki keadaan kaum muslimin dan menolong mereka dalam meraih kebahagiaan dan keselamatan di dunia dan akhhirat.
Penulis: Wawan Idris