ALHAMDULILLAHI ROBBIL ‘ALAMIN. Allahumma sholli ‘ala Muhammad, wa‘ala alihi wa shohbihi wa sallam. Karena udzur syar’i, sehingga tidak berjama’ah di masjid, bagaimana hukum bacaan sholat yang seharusnya jahr (nyaring)?
Diketahui bacaan shalat fardhu yang bacaanya jahr (nyaring), seperti shalat Isya’, Shubuh, dan Maghrib harus di-jahr-kan (dinyaringkan). Namun kalau sholatnya sendiri bagaimana?
Dikutip dari almanhaj.or.id., saat sholat Maghrib, Isya, dan Shubuh bacaannya harus di-jahr-kan walau pun sholat sendiri.
Abu Qatâdah berkata: Bahwasanya suatu malam Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar rumah dan mendapati Abu Bakar Radhiyallahu anhu shalat malam dengan merendahkan suaranya.
Dan beliau melewati ‘Umar bin al-Khaththab ketika sedang shalat dengan meninggikan suaranya.
Ketika keduanya telah berkumpul di dekat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda: “Wahai Abu Bakar, aku melewatimu ketika engkau sedang shalat dengan merendahkan suaramu”.
Abu Bakar berkata: “Wahai Rasulullah, aku memperdengarkan kepada (Allah) yang aku berbisik kepada-Nya”.
Beliau juga bersabda kepada ‘Umar: “Aku melewatimu ketika engkau sedang shalat dengan meninggikan suaramu”. ‘Umar berkata: “Wahai Rasulullah, aku membangunkan orang yang mengantuk dan mengusir setan.”
Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Wahai Abu Bakar, tinggikan suaramu sedikit”. Beliau juga bersabda kepada ‘Umar: “Wahai ‘Umar, rendahkan suaramu sedikit”. [H.R. Abu Dawud].
Namun ketika seseorang membaca dengan keras, hendaklah ia menjaga keikhlasannya, dan jangan sampai mengganggu orang lain.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Orang yang membaca Al-Qur`ân dengan keras, ia seperti orang yang bersedekah dengan terang-terangan.
Dan orang yang membaca Al-Qur`ân dengan pelan-pelan, ia seperti orang yang bersedekah dengan sembunyi-sembunyi. [H.R. Abu Dawud].
Penulis: Wawan Idris