ALHAMDULILLAHI ROBBIL ‘ALAMIN. Allahumma sholli ‘ala Muhammad, wa‘ala alihi wa shohbihi wa sallam. Banyak pahala yang dapat diraih dari ibadah, salah satunya dari bersedekah.
Namun khusus ibadah bersedekah ternyata memiliki pahala utama, agung, dan sangat besar. Ini bisa diraih manakala sedekahnya dikeluarkan sesuai petunjuk Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wasallam.
Sebagaimana disampaikan Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam berkata:
جَاءَ رَجُلٌ إلى النبيِّ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ فَقالَ: يا رَسولَ اللَّهِ، أَيُّ الصَّدَقَةِ أَعْظَمُ أَجْرًا؟ قالَ: أَنْ تَصَدَّقَ وأَنْتَ صَحِيحٌ شَحِيحٌ تَخْشَى الفَقْرَ، وتَأْمُلُ الغِنَى، ولَا تُمْهِلُ حتَّى إذَا بَلَغَتِ الحُلْقُومَ، قُلْتَ لِفُلَانٍ كَذَا، ولِفُلَانٍ كَذَا وقدْ كانَ لِفُلَانٍ
Ada seorang lelaki yang datang kepada Nabi shallallahu’alaihi Wasallam. Ia berkata, “Wahai Rasulullah, sedekah apa yang paling besar pahalanya?”
Rasulullah bersabda, “Yaitu engkau bersedekah ketika sedang sehat dan sedang pelit (untuk mengeluarkan hartamu) dan takut miskin dan berangan-angan untuk kaya.
Dan jangan menunda untuk bersedekah hingga akhirnya nyawamu sampai di kerongkongan, dan baru engkau berkata ketika itu: kepada si Fulan berikan sekian-sekian, si Fulan berikan sekian-sekian, si Fulan punya hak ini dan itu.” [H.R. Al Bukhari no. 1419, Muslim no. 1032].
Dari hadits di atas dapat disimpulkan bahwa pertama, sedekah yang paling utama adalah ketika dalam kondisi sehat dan miskin, serta rasa pelit sedang memuncak di hati dan sedang menumpuk harta karena mengangankan kekayaan.
Pada saat seseorang dalam kondisi seperti itu kecenderungannya tidak ingin bersedekah. Karena itulah saat paling berat untuk bersedekah.
Kedua, sedekah yang demikian lebih utama daripada bersedekah di waktu sakit atau ketika sudah kaya raya.
Ketiga, hendaknya jangan menunda-nunda perbuatan baik, karena bisa jadi akan berkurang keutamaannya atau bahkan bisa terhalangi untuk melakukannya. Wallahu a’lam.
Penulis: Wawan Idris