MHNEWS.ID.- Penyakit stroke kini bisa menyerang siapa saja, kalangan mana saja, dan dari golongan usia berapa saja.
Jadi berhati-hatilah! Jagalah kesehatan dan biasakan pola hidup sehat. Bila tidak, maka siapa pun dapat terkena stroke walau dia masih berusia muda sekalipun.
Sebagai pelajaran berharga, tidak ada salahnya bila membaca kisah Elsa Rajianti, wanita asal Tangerang berikut ini.
Diketahui, kisah Elsa menjadi viral setelah menceritakan dirinya terkena stroke pada usia 29 tahun. Elsa Rajianti dalam akun TikTok pribadinya, mengaku memiliki kebiasaan pola hidup tidak sehat.
“Nggak pernah olahraga, tidur selalu jam 2 subuh, makan makanan fast food,” terang dia, Jumat (7/2/2025).
Elsa sempat mengeluhkan pusing tiga hari sebelum serangan stroke terjadi. Ia kala itu sempat dirawat di IGD dan diperbolehkan pulang karena kondisi dinilai stabil.
Tak lama setelahnya, Elsa kembali dirawat di rumah sakit karena setengah bagian tubuh kirinya sudah tidak bisa digerakkan.
Kasus stroke di usia muda semakin banyak ditemukan bukan hanya karena deteksi yang masif hingga kecepatan arus informasi di tengah kemajuan teknologi digital.
Namun, pola konsumsi dan kebiasaan anak muda saat ini juga sudah jauh berubah ketimbang generasi-generasi sebelumnya.
Dr. dr. Jacub Pandelaki, Sp.Rad.(K), dari RS Abdi Waluyo sebelumnya juga menyoroti perbedaan pola makan di masa kini dan lampau.
Tidak sedikit orang yang memilih makanan instan siap saji, serba praktis, yang umumnya mengandung gula, garam, lemak tinggi. Belum lagi, makanan sehat yang dijual di pasaran juga relatif lebih mahal.
“Pola hidup orang kita kan sekarang beda, dulu makan mi instan saja jarang, sekarang kita semua sudah ada fast food, dan umumnya disajikan dengan cara digoreng, kalau rebus, sebetulnya lebih sehat,” tandasnya.
“Jadi pola hidup mempunyai pengaruh yang besar, itulah kenapa pada usia muda sekarang ini bisa dimungkinkan terkena stroke,” terang dia.
Begadang Picu Stroke?
Pakar kesehatan tidur dr Andreas Prasadja membenarkan risiko seseorang terkena stroke relatif tinggi saat mengalami masalah tidur, termasuk kurang tidur karena begadang.
“Benar, yang lebih memicu sebenarnya ngorok,” saat dihubungi detikcom, Rabu (7/8/2024).
Dikutip dari Medical News Today, kualitas tidur memang sangat penting untuk kesehatan. Hal yang perlu diperhatikan untuk mendapat kualitas tidur yang baik termasuk berapa lama waktu tidur dalam sehari.
Penelitian menunjukkan gangguan tidur seperti sleep apnea juga dikaitkan dengan stroke.
Para ahli menyimpulkan semakin banyak masalah tidur yang dihadapi seseorang, semakin besar kemungkinan mereka mengalami stroke. Makalah penelitian tersebut muncul dalam jurnal Neurology.
“Meskipun mungkin ada perubahan fisiologis independen yang terjadi akibat kurang tidur yang menjadi predisposisi stroke,” kata dr. Adi Iyer, ahli bedah saraf dan ahli bedah neurointervensional di Pacific Neuroscience Institute di Providence Saint John’s Health Center di Santa Monica, CA, yang tidak terlibat dalam penelitian ini.
“Kemungkinan besar tidur secara keseluruhan merupakan epifenomena dari faktor risiko stroke yang diketahui seperti obesitas, usia lanjut, penggunaan alkohol, dan lain-lain,” ujarnya.
“Tidur dapat menjadi faktor risiko stroke yang dapat dimodifikasi dan dokter harus menilai kualitas dan durasi tidur pasien,” pungkasnya sebagaimana dikutip detikhealt.
Penulis: Nia Herlina [Pengurus PKK Kabupaten Indramayu]