ALHAMDULILLAHI ROBBIL ‘ALAMIN. Allahumma sholli ‘ala Muhammad, wa‘ala alihi wa shohbihi wa sallam. Kemuliaan seseorang bisa karena keturunan dan nasabnya juga karena selain itu.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Nabi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya, “Siapakah orang yang paling mulia?”
“Yang paling mulia di sisi Allah adalah yang paling bertakwa di antara mereka”, jawab Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Orang tersebut berkata, “Bukan itu yang kami tanyakan”. “Manusia yang paling mulia adalah Yusuf, nabi Allah, anak dari Nabi Allah, anak dari nabi Allah, anak dari kekasih-Nya”, jawab beliau.
Orang tersebut berkata lagi, “Bukan itu yang kami tanyakan”. “Apa dari keturunan Arab?”, tanya beliau.
Mereka menjawab, “Iya betul”. Beliau bersabada, “Yang terbaik di antara kalian di masa jahiliyah adalah yang terbaik dalam Islam jika dia itu fakih / paham agama.” [H.R. Bukhari, no. 3353, & Muslim, no. 2378].
Syaikh Shalih al Utsaimin rahimahullah dalam Syarah Riyadhus Shalihin dan Syaikh Salim bin ‘Ied Al Hilaliy dalam Kitab Bahjatun Naadziriin Syarh Riyaadhish Shaalihiin, hadist ini memberikan faedah-faedah berharga, diantaranya:
1. Penjelasan bahwa sesungguhnya manusia yang paling mulia di sisi Allah Ta’ala adalah yang paling tinggi takwanya, yaitu dengan menunaikan berbagai kewajiban dan menjauhi maksiat.
Jadi manusia yang paling mulia itu bukan dilihat dari kekayaannya yang banyak atau berasal dari keturunan yang mulia.
2. Penjelasan tentang ragam manusia, ada yang mulia berdasarkan keturunan dan nasab, dan ada juga selain itu.
3. Mulianya nasab itu akan diakui dan dimuliakan dalam Islam, bila disertai dengan ketakwaan dan rasa takut kepada Allah ‘Azza wa Jalla.
4. Manusia mulia dengan takwanya kepada Allah Azza wa Jalla, banyak kebaikan dan kebajikannya di dunia dan tinggi derajatnya di akhirat.
5. Kemuliaan seorang insan yang bertakwa akan semakin bertambah, bila bapak, kakek dan nenek moyangnya juga berada dalam jalan ketakwaan yang sama.
6. Penjelasan tentang keutamaan Nabi Yusuf ‘alaihissalam, beliau mengumpulkan akhlak dan budi pekerti yang luhur, keutamaan risalah kenabian, dan berasal dari nasab yang mulia, serta cerdas dalam mengatur urusan kepemerintahan politik di bawah naungan wahyu.
7. Pelajaran berharga bahwa ilmu agama itu lebih mulia dari harta, jabatan, dan nasab di sisi Allah Yang Maha Berilmu.
8. Bagaimanapun mereka yang terbaik dalam kebaikan dan ranah kecerdasan itu akan maksimal potensinya jika berada pada jalan dan keadaan yang paling baik, bila semuanya dibarengi dengan pemahaman ilmu agama yang baik pula. Wallahu Ta’ala A’lam.
Penulis : Wawan Idris
Sumber: bimbinganislam.com