30.9 C
Indramayu
Jumat, April 18, 2025


Ketika Orang Kafir Berbicara Jujur soal Ajaran Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam

ALHAMDULILLAHI ROBBIL ‘ALAMIN. Allahumma sholli ‘ala Muhammad, wa‘ala alihi wa shohbihi wa sallam. Berbicalah jujur, sampaikan kebenaran karena itu merupakan perbuatan mulia.

Dari Abu Sufyan bin Shakhr bin Harb radhiyallahu anhu dalam hadisnya yang panjang dalam menguraikan cerita Raja Heracles (baca Heraklius).

- Advertisement -

Heracles bertanya: “Maka apakah yang diperintah olehnya?” Yang dimaksud ialah oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Abu Sufyan berkata: “Saya pada waktu itu menjawab: “Beliau berkata (bersabda): “Sembahlah Allah yang Maha Esa, jangan menyekutukan sesuatu dengan-Nya dan tinggalkanlah apa-apa yang dikatakan oleh nenek-moyangmu (yang bertentangan dengan syariat, pent.)”

“Beliau juga menyuruh supaya kita semua melakukan shalat, bersikap jujur, menahan diri dari keharaman serta mempererat tali silaturahim.” [Muttafaq ‘alaih, H.R. Bukhari, no. 7 dan Muslim, no. 1773].

Melansir bimbinganislam.com, hadist ini memberikan faedah-faedah berharga, diantaranya:

1. Keutamaan jujur dan kemuliaannya, di mana Abu Sufyan yang belum masuk Islam pada waktu itu tatkala bertemu dengan raja Heraklius dan bersoal jawab dengannya.

Abu Sufyan tetap memilih untuk jujur dalam menyampaikan berita tentang ajaran yang dibawa Rasul Muhammad, karena rasa malunya untuk berdusta atas nama Nabi, dan buruknya konsekuensi bila memilih dusta dan hoaks.

2. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam senantiasa jujur dengan ajaran syariatnya yang mulia, konsisten, kesesuian antara ucapan dan sikap prilaku, beliau terkenal akan hal itu baik oleh kawan maupun lawan.

3. Pondasi dari agama ini adalah tauhid, karena inilah sumber segala keutamaan dan kemuliaan, sebaliknya yang merusak inti agama ini adalah kesyirikan.

Itulah sebabnya di setiap kesempatan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu terdepan dalam mengajak makhluk kepada Mengesakan Allah Ta’ala saja dan memperingatkan serta menghindarkan umat dari segala bahaya dan perkara yang menjerumuskan pada kesyirikan.

4. Waspada dari ajaran nenek moyang yang bertentangan dengan ajaran syariat islam yang mulia, serta penjelasan untuk meninggalkan ajaran yang dapat merusak amalan akhirat.

5. Perintah untuk menjaga Shalat 5 waktu dan menjaga diri dari segala keharaman serta perkara yang merusak kewibawaan dan kehormatan diri.

6. Perintah untuk menjaga hubungan silaturahim (silaturahmi) dalam bingkai kekeluargaan.

7. Pelajaran berharga dari keumuman hadis yang mencakup keindahan ajaran Islam, mulai dari pondasi tauhid, masalah Iman, hukum, muamalah keluarga, serta menjaga adab dan akhlak yang mulia di antara sesama. Wallahu Ta’ala A’lam.

Penulis  : Wawan Idris
Sumber: bimbinganislam.com

Artikel Terkait

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terpopuler