ALHAMDULILLAHI ROBBIL ‘ALAMIN. Allahumma sholli ‘ala Muhammad, wa‘ala alihi wa shohbihi wa sallam. Beberapa hari ke depan Ramadhan akan memasuki 10 hari terakhir.
Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila memasuki sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan baginda senantiasa menghidupkan malam harinya.
Lalu membangunkan keluarganya, bersungguh-sungguh (dalam beribadah), dan mengencangkan ikat pinggangnya (fokus ibadah). [H.R. Al-Bukhari, no. 2024 dan Muslim, no. 1174].
Syaikh Shalih al Utsaimin dalam Syarah Riyadhus Shalihin, Syaikh ‘Abdullah bin Shaleh Al Fauzan dalam Minhatul ‘Allam fii Syarh Bulughil Maram, dan Syaikh Salim bin ‘Ied Al Hilaliy dalam Kitab Bahjatun Naazhiriin Syarh Riyaadhish Shaalihiin menjelaskan faedah berharga hadist di atas, di antaranya:
Pertama, penjelasan berharga tentang kemuliaan dan keutamaan beramal shaleh di 10 hari terakhir dari bulan Ramadhan.
Sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan punya keistimewaan dalam ibadah dari hari-hari lainnya di bulan Ramadhan. Ibadah yang dimaksudkan di sini mencakup shalat, dzikir, dan membaca Al Qur’an.
Kedua, semangat dan kesungguhan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam beribadah pada 10 hari terakhir Ramadhan yang berbeda dari hari-hari yang lain, minimal ada dua alasan secara umum:
(a) Sepuluh hari terakhir tersebut adalah penutup bulan Ramadhan yang diberkahi. Dan setiap amalan itu dinilai dari akhirnya.
(b) Siapa yang menghidupkan ibadah dan bersungguh-sungguh pada sepuluh hari terakhir tersebut diharapkan mendapat keutamaan malam Lailatul Qadar (1 malam yang kebaikan dan keutamaannya lebih baik dari 1000 bulan).
Ketika ia sibuk dengan ibadah di hari-hari terakhir tersebut, maka ia lebih mudah dan diharapkan mendapat ampunan, rahmat, keberkahan dari Allah Ta’ala.
Ketiga, faedah berharga tentang anjuran membangunkan keluarga yaitu para istri, anak supaya mendorong mereka melakukan shalat malam, dan bersabar atasnya. Lebih-lebih lagi di sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan.
Keempat, anjuran menasihati keluarga dalam kebaikan dan menjauhkan mereka dari hal-hal tercela dan terlarang.
Kelima, orang yang bijak adalah yang menginginkan kebaikan itu menyebar, berdampak dan menyeluruh untuk seluruh keluarga.
Keenam, membangunkan keluarga di sini merupakan anjuran di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, namun anjuran juga untuk hari-hari lainnya. Karena keutamaannya disebutkan dalam hadits yang lain:
“Semoga Allah merahmati seorang laki-laki yang di malam hari melakukan shalat malam, lalu ia membangunkan istrinya. Jika istrinya enggan, maka ia memerciki air pada wajahnya.
Semoga Allah juga merahmati seorang wanita yang di malam hari melakukan shalat malam, lalu ia membangunkan suaminya.
Jika suaminya enggan, maka istrinya pun memerciki air pada wajahnya.” [H.R. Abu Daud, no. 1308 & An-Nasai, no. 1148]. Wallahu Ta’ala A’lam.
Penulis: Wawan Idris
Sumber: bimbinganislam.com