MHNEWS.ID.- Bupati Indramayu, Lucky Hakim mengingatkan agar program revitalisasi sekaligus hadirnya proyek tambak modern tidak menimbulkan konflik kepentingan di masyarakat.
Ditegaskan Bupati Lucky, salah satu tantangan utama revitalisasi tambak adalah kemungkinan terjadinya culture shock di masyarakat, karena tambak modern ini berdekatan dengan kawasan industri.
“Oleh karena itu, pendekatan persuasif dan sosialisasi yang tepat sangat diperlukan agar masyarakat memahami manfaat jangka panjang dari program ini,” ujar Bupati Lucky Hakim.
Dikatakan Bupati Lucky saat menyambangi Dinas Perikanan dan Kelautan, Selasa (11/03/2025), Pemkab Indramayu juga menekankan pentingnya keterlibatan tenaga kerja lokal dalam proyek ini.
Selain itu, pemerintah akan memastikan bahwa kawasan tambak tidak bersinggungan dengan kawasan industri untuk menghindari konflik kepentingan dalam pemanfaatan lahan.
Dengan strategi ini, diharapkan program dapat berjalan lancar dan diterima dengan baik oleh masyarakat.
Menurut rencana, revitalisasi tambak Pantura akan dimulai pada tahun 2025. Targetnya, tambak modern ini bisa beroperasi penuh pada pertengahan 2026 dengan produksi ikan nila salin mencapai 80 ton per tahun.
Jika berjalan sesuai rencana, pada tahun 2028 kawasan ini akan menjadi pusat perikanan budidaya unggulan di Indonesia.
Sementara Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu, Edi Umaedi, menyampaikan, saat ini banyak tambak yang mengalami kendala, mulai dari kualitas lahan yang menurun hingga ketersediaan pakan yang kurang memadai.
“Oleh karena itu, ia berharap program ini dapat menjadi solusi konkret bagi masyarakat pesisir untuk mendapatkan kepastian pendapatan dan kehidupan yang lebih sejahtera,” tegas Edi.
Diketahui, Pemerintah Kabupaten Indramayu mendukung program revitalisasi tambak di Pantura yang diinisiasi Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).
Program ini bertujuan mengembangkan perikanan budidaya yang berkelanjutan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir, terutama di empat kabupaten yang menjadi lokasi utama.
Direktur Perikanan Air Laut, Tinggal Hermawan, menjelaskan, revitalisasi ini dilakukan karena banyak tambak di Pantura yang sudah tidak produktif dan kurang menguntungkan bagi masyarakat.
Salah satu penyebab utama adalah pencemaran air yang tinggi, sehingga budidaya udang menjadi berisiko besar. Oleh karena itu, pemerintah mengganti komoditas utama dengan nila salin, yang lebih tahan terhadap kondisi lingkungan setempat.
Penulis : Daniswara
Editor : Wawan Idris