31 C
Indramayu
Senin, April 7, 2025


Menyingkirkan Ranting atau Duri di Jalan Merupakan Wujud Iman Paling Rendah

ALHAMDULILLAHI ROBBIL ‘ALAMIN. Allahumma sholli ‘ala Muhammad, wa‘ala alihi wa shohbihi wa sallam. Laa ilaaha illallah merupakan kalimat yang kita semua berharap sebagai penutup usia.

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: « الْإِيْمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُوْنَ، أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّونَ شَعْبَةً: فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لَا إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ، وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الْأَذَى عَنْ الطَّرِيْقِ، وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ الْإِيْمَانِ « مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.

- Advertisement -

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Iman itu mempunyai tujuh puluh atau enam puluh lebih cabang, yang paling utama adalah ucapan “laa ilaaha illallah” dan yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan, sedangkan perasaan malu itu termasuk salah satu cabang dari iman.” [H.R. Al-Bukhari, no. 6. & Muslim, no. 57].

Syaikh Shalih al Utsaimin dalam Syarah Riyadhus Shalihin dan Syaikh Salim bin ‘Ied Al Hilaliy dalam Kitab Bahjatun Naazhiriin Syarh Riyaadhish Shaalihiin menjelaskan faedah-faedah hadist tersebut, di antaranya:

Pertama, penjelasan penting bahwa iman itu tidak hanya satu cabang, tetapi memiliki banyak cabang, bahkan sampai tujuh puluh lebih, yaitu antara tujuh puluh tiga hingga tujuh puluh sembilan cabang.

Akan tetapi cabang yang paling utama adalah ucapan “laa ilaaha illallah,” karena kalimat ini bila ditimbang dengan langit dan bumi pasti lebih berat, juga merupakan kalimat tauhid dan kalimat ikhlas.

Laa ilaaha illallah merupakan kalimat yang kita semua berharap sebagai penutup usia, barangsiapa yang akhir perkataannya di dunia adalah kalimat ini, maka diharapkan ia masuk surga, kalimat ini adalah cabang iman yang paling utama.

Kedua, menghilangkan setiap yang mengganggu orang yang berjalan, seperti batu, pecahan kaca, duri dan sebagainya adalah bagian keimanan.

Ketiga, ucapan Nabi, “Rasa malu itu bagian dari iman.” Rasa malu disini adalah kondisi kejiwaan yang muncul ketika mengerjakan sesuatu yang dianggap memalukan.

Rasa malu ini termasuk sifat yang terpuji yang dimiliki Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bahkan beliau lebih pemalu dari gadis pingitan, tetapi baginda Nabi tidak malu untuk menunaikan kebenaran.

Rasa malu adalah sifat terpuji, tetapi bukan malu untuk menunaikan kebenaran. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman (artinya),

“Dan Allah tidak malu (menerangkan) yang benar.” [Q.S. Al-Ahzâb: 53].

Keempat, orang yang tidak kenal rasa malu, tidak akan peduli dengan ucapan dan tindakannya, dan hal ini tentunya lambat laun akan mengikis keimanan dalam dada.

Kelima, iman itu membuahkan amalan sholeh, sehingga bisa bertambah dan berkurang, bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan maksiat dan dosa.

Keenam, keimanan itu bertingkat-tingkat, tidak sama antara yang satu dengan lainnya.

Ketujuh, faedah yang sangat berharga bahwa keimanan itu mencakup amalan hati (rasa malu), amalan lisan (ucapan kalimat tauhid) dan amalan anggota badan (menyingkirkan gangguan dari jalan). Wallahu Ta’ala A’lam.

Penulis  : Wawan Idris
Sumber: bimbinganislam.com

Artikel Terkait

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terpopuler