27.7 C
Indramayu
Rabu, Juni 25, 2025


Diwacanakan Diberlakukan Gubernur Dedi Mulyadi, apa Dampak Vasektomi bagi Pria?

MHNEWS.ID.- Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi akan menjadikan vasektomi sebagai syarat penerima bantuan sosial (bansos) bagi masyarakatnya.

Rencana tersebut menuai pro dan kontra. Lalu apakah sebenarnya vasektomi itu? Apakah berdampak bagi kaum pria?

- Advertisement -

Vasektomi dan kastrasi atau lebih dikenal sebagai kebiri, adalah dua prosedur medis yang sama-sama melibatkan organ reproduksi pria, namun memiliki tujuan, proses, dan dampak yang sangat berbeda.

Kebiri, dalam istilah medis disebut orkiektomi bilaterala, dalah prosedur pembedahan untuk mengangkat salah satu atau kedua testis, organ yang memproduksi sperma dan hormon testosteron.

Tindakan ini biasanya dilakukan sebagai bagian dari terapi pengobatan, terutama untuk kanker prostat stadium lanjut, di mana penurunan kadar testosteron dapat memperlambat pertumbuhan sel kanker.

Di Indonesia, tindakan kebiri kimia juga menjadi salah satu bentuk hukuman bagi penjahat seksual anak sejak akhir tahun 2020. Dampak dari kastrasi bersifat permanen dan signifikan.

Selain menyebabkan kemandulan, prosedur ini juga menurunkan kadar hormon testosteron secara drastis, yang dapat memengaruhi hasrat seksual, massa otot, dan kepadatan tulang.

Vasektomi tak pengaruhi hormon seksual

Berbeda dengan kebiri, vasektomi adalah prosedur pembedahan kecil yang bertujuan untuk mencegah kehamilan.

Prosedur ini dilakukan dengan memotong atau menyumbat vas deferens, yaitu saluran yang membawa sperma dari testis ke kelenjar prostat untuk kemudian dikeluarkan bersama air mani saat ejakulasi.

Vasektomi tidak memengaruhi produksi hormon testosteron maupun fungsi seksual pria. Pria yang menjalani vasektomi tetap dapat mengalami ereksi dan orgasme seperti biasa.

Oleh karena itu, prosedur ini banyak dipilih sebagai metode kontrasepsi permanen yang aman dan minim risiko.

Dikutip dari vasectomy.org.au, berikut adalah perbedaan utama kebiri dan vasektomi

Teknik bedah

Perbedaan utama antara kedua prosedur bedah ini adalah sejauh mana intervensi dilakukan.

Kastrasi melibatkan pengangkatan testis secara menyeluruh, meski ada juga yang dilakukan dengan menyuntikkan obat-obatan antiandrogen untuk menurunkan kadar hormon testosteron.

Sementara vasektomi menargetkan vas deferens, dengan membiarkan testis tetap utuh. Hal ini membuat vasektomi menjadi pilihan yang kurang invasif.

Dampak pada kesuburan

Baik pengebirian maupun vasektomi menyebabkan kemandulan pria, tetapi dampaknya terhadap kesuburan berbeda.

Kastrasi mengakibatkan hilangnya produksi sperma secara total, sedangkan vasektomi hanya mencegah sperma untuk dikeluarkan melalui ejakulasi.

Ini berarti bahwa, setelah vasektomi sperma masih diproduksi tetapi tidak dapat mencapai kelenjar prostat atau dikeluarkan saat ejakulasi.

Karena itu, vasektomi sering dianggap sebagai pendekatan yang lebih baik bagi pria yang ingin mempertahankan kadar hormon mereka.

Perubahan hormon

Kebiri menyebabkan penurunan kadar testosteron secara signifikan, karena testis bertanggung jawab untuk memproduksi hormon pria ini.

Hal ini dapat menyebabkan berbagai efek samping, seperti berkurangnya gairah seks, kehilangan otot, dan perubahan suasana hati.

Sebaliknya, setelah vasektomi, testis terus memproduksi testosteron karena testis tetap berfungsi.

Stabilitas hormon ini menjadikan vasektomi sebagai pilihan yang lebih menarik bagi pria yang mempertimbangkan kontrasepsi permanen.

Waktu pemulihan dan persyaratan perawatan pascaoperasi juga berbeda antara prosedur-prosedur ini.

Kastrasi biasanya melibatkan masa pemulihan yang lebih lama dan mungkin memerlukan dukungan tambahan, seperti terapi penggantian hormon, untuk mengelola efek samping.

Pemulihan vasektomi biasanya lebih cepat, dengan sebagian besar pria kembali beraktivitas normal dalam waktu seminggu.

Wacana vasektomi di Jawa Barat

Walau memiliki banyak keunggulan, vasektomi sebagai salah satu pilihan kontrasepsi jangka panjang pria kurang dipilih di Indonesia.

Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga) mencatat, prevalensi pengguna kontrasepsi vasektomi pada 2024 hanya 0,13 persen. Angka ini menurun dibandingkan dengan tahun 2022, yakni 0,25 persen.

Vasektomi pun tercatat paling rendah dibandingkan dengan alat kontrasepsi lain. Gubernur Jabar Dedi Mulyadi yang akan menjadikan vasektomi sebagai syarat penerima bantuan sosial (bansos).

Syarat tersebut menurutnya bertujuan untuk mendorong partisipasi suami dalam program KB. Selain itu menurut Dedi vasektomi bisa mempercepat pengentasan orang miskin mengingat keluarga miskin cenderung memiliki banyak anak.

Wacana tersebut mendapat berbagai tanggapan, baik pro dan kontra. Berbagai pihak juga meminta agar rencana tersebut dikaji ulang.

Penulis: Nia Herlina [Pengurus PKK Klabupaten Indramayu]

Artikel Terkait

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terpopuler