MHNEWS.ID.- Nanda Warlina ibunda salah seorang korban keracunan setelah menyantap menu Makan Bergizi Gratis (MBG) mengaku sangat khawatir dengan kondisi anaknya.
Dikatakan Nanda Warlina (24) , sebelum hari ini keracunan sebenarnya anaknya yang bernama Athafaris (7) kemarin sudah mengeluhkan soal menu MBG itu.
Siswa SDN Garuda, Cisarua itu mengaku makanannya tidak enak (tidak berasa). Makanan yang dikonsumsi Athafaris didapat dari Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Panyandaan, Desa Jambudipa.
“Kemarin makannya habis katanya dan enggak ngerasa. Baru tadi pas olahraga ngeluh pusing sama sakit perut. Saya ditelepon gurunya kalau anak saya udah dibawa ke SMPN 1,” ujar Nanda saat ditemui di SMPN 1 Cisarua.
Menu yang dikonsumsi Athafaris sama dengan menu MBG yang sebelumnya disajikan di SMPN 1 Cisarua, terdiri dari ayam blackpepper, tahu goreng, capcay dengan isian wortel dan brokoli, serta potongan melon.
Menurut Nanda, dirinya sempat khawatir sejak mendengar kabar keracunan massal sehari sebelumnya. Ia menyaksikan ambulans berlalu-lalang di depan sekolah sedari siang hingga malam.
“Alhamdulillah kemarin enggak apa-apa, ternyata baru kerasa pagi tadi. Kayaknya ke depan anak saya enggak akan makan MBG lagi, setop aja,” kata Nanda.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bandung Barat, Asep Sehabudin, membenarkan bahwa gejala keracunan pada sejumlah siswa baru muncul pagi ini.
Asep menyebut lonjakan pasien terjadi karena sebagian besar siswa baru merasakan reaksi setelah 12 hingga 24 jam mengonsumsi makanan tersebut.
“Hari ini agak meningkat, siswa semalam yang belum merasakan ada mual sakit perut pusing tadi pagi baru merasakan dan berdatangan ke SMPN 1. Kita siapkan beberapa ruangan lagi,” sebut Asep.
Data terakhir yang dihimpun hingga pukul 09.00 WIB mencatat sekitar 182 siswa mengalami gejala keracunan.
Petugas kesehatan bersama BPBD dan pihak sekolah terus berjaga di posko untuk mengantisipasi kemungkinan adanya tambahan korban.
Hingga siang ini, distribusi menu MBG dari SPPG Panyandaan dilaporkan telah dihentikan sementara menunggu hasil pemeriksaan laboratorium dari Dinas Kesehatan KBB.
Penulis: Wawan Idris


