ALHAMDULILLAHI ROBBIL ‘ALAMIN. Allahumma sholli ‘ala Muhammad, wa‘ala alihi wa shohbihi wa sallam. Singkirkanlah rasa paling benar, paling pandai, paling kaya, takabur, dan sombong dari hati kiita!
Sebaliknya, tumbuhsuburkanlah sikap rendah hati dan tawadhu kepada siapa pun.
Al ’Aini rahimahullah mengungkapkan, “tawadhu’ adalah memperlihatkan kerendahan martabatnya (di hadapan orang) lain”. [‘Umdatul Al-Qori’ 23/88, Fathul Al-Bari 11/241].
Allah Ta’ala berfirman dalam Q.S. Asy-Syu’ara: 215, yang artinya: “Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman“.
Rasulullah shallallaahu’alaihi wasallam adalah teladan utama dalam sikap rendah hati. Betapa ketawadhu’an beliau ketika bergaul, berinteraksi dengan sahabatnya, tanpa pernah merendahkan apalagi menghina siapa pun.
Walau pun Alloh Azza wa Jalla telah memberikan jaminan surga kepada Rasulullah shallallaahu’alaihi wasallam tak menghalanginya untuk selalu rendah hati, tawadhu, memperbanyak do’a, sholat, puasa, dan amal shalih lainnya.
Beliau senantiasa memotivasi umatnya untuk terus memperbaiki hatinya, memperbanyak ilmu, meningkatkan kualitas iman, dan amal shalih sampai meninggal dunia.
Syaikh Salim bin ‘Id Al-Hilali, dalam At-Tawadhu’ fi Dhauil Qur`anil Karim was Sunnah Ash-Shohihah, mengatakan ungkapan yang sangat menarik bahwa substansi tawadlu’, ialah dengan menghargai orang lain.
Orang berakal, ketika ia melihat orang lain yang lebih tua darinya, maka ia bersikap tawadhu’ terhadapnya, sembari berkata: “Dia telah mendahului dalam Islam.”
Bila ia menjumpai seorang yang lebih muda usianya darinya, ia pun bersikap tawadhu’ kepadanya sembari berbisik: “Aku telah mendahuluinya dalam berbuat dosa”.
Jika menyaksikan orang yang seusianya, ia menjadikannya sebagai saudara maka bagaimana mungkin ia sombong kepada saudaranya sendiri?
Dia tidak menghina siapapun sebab, seorang hamba yang tawadhu’ tidak melihat dirinya memiliki nilai lebih jika dibandingkan dengan orang lain. Diapun melihat orang lain, tidak membutuhkannya dalam masalah agama atau dunia.
Seseorang tidak meninggalkan tawadhu’ kecuali saat kesombongan mencengkeram jiwanya, dan ia tidak arogan kepada orang lain kecuali saat ia takjub dengan dirinya sendiri.
Karena itu, Rasulullah shallallaahu’alaihi wa sallam menjelaskan bahwa sombong adalah menghina orang lain. Dengan demikian dapatlah disimpulkan, tawadhu’ tercermin pada penghormatan kepada orang lain.
Penulis: Wawan Idris