ALHAMDULILLAHI ROBBIL ‘ALAMIN. Allahumma sholli ‘ala Muhammad, wa‘ala alihi wa shohbihi wa sallam. Bersodaqoh merupakan perbuatan mulia yang balasannya akan dilipatgandakan oleh Alloh Tabaroqta’alla.
Akan tetapi tidak semua sodaqoh menjadi amal ibadah, bahkan sebaliknya bisa menjadi sia-sian dan dosa. Lalau bagaimana agar shodaqoh bernilai pahala?
Agar sodaqoh kita menjadi amal dan mendapat balasan yang berlipat dari Alloh Tabaroqta’alla, Syaikh ‘Abdul Hamid bin ‘Abdirrahman as-Suhaibani dalam almanhaj.or.id., memberikan cara-caranya sebagai berikut:
Pertama, hendaknya meniatkan bershadaqah semata-mata untuk memperoleh ridha Allah. Jauhi sejauh-jauhnya bershodaqoh karena ingin dipuji, pamer, berharap balasan lebih.
Kedua, Bershadaqah dengan harta miliknya yang paling dicintainya dari harta yang baik (halal), berdasarkan hadits:
“Barangsiapa yang bershadaqah dengan sesuatu yang senilai dengan sebutir kurma dari usaha yang halal, sedangkan Allah tidaklah menerima kecuali yang baik, maka Allah akan menerima shadaqahnya dengan tangan kanan-Nya kemudian mengembangkannya untuk pemiliknya seperti seorang di antara kalian membesarkan kuda kecilnya hingga shadaqah tersebut besar seperti gunung.” [H.R. Al-Bukhari-Mus-lim, Ahmad, at-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban].
Ketiga, menyembunyikan harta yang dishadaqahkan sebagaimana hadits:
“Tujuh golongan yang akan dinaungi Allah di hari yang tidak ada naungan kecuali naungan Allah…, diantaranya adalah seseorang yang bershadaqah dengan sembunyi-sembunyi hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang disha-daqahkan oleh tangan kanannya.” [H.R. Al-Bukhari dan Muslim].
Keempat, hendaknya bershadaqah kepada kerabat dekat dan orang-orang yang sangat membutuhkan.
Kelima, hendaknya pandai-pandai memilih waktu-waktu dilipatgandakannya pahala oleh Allah seperti pada bulan Ramadhan.
Penulis: Wawan Idris


