UMMAT Islam pasti mengetahui bangunan yang dikenal dengan nama Ka’bah ini karena merupakan kiblat. Ka’bah adalah bangunan kubus dengan sudut-sudut yang tajam dan dinding yang rata.
Dindingnya dilapisi dengan kain hitam yang disebut Kiswah, dihiasi dengan kaligrafi emas yang berisi ayat-ayat dari Al-Quran. Ka’bah memiliki panjang sekitar 12,86 meter, lebar 11,03 meter, dan tinggi 13,1 meter.
Adapun batu sakral bagi umat muslim yang terletak di sudut tenggara Ka’bah bernama Hajar Aswad atau batu hitam. Batu ini berukuran diameter 30 cm dan terletak 1,5 meter di atas tanah pada dinding Ka’bah.
Dikutip dari detik.com, ummat Islam menyakini jika Hajar Aswad (batu hitam) ini berasal dari surga. Hajar Aswad awalnya berwarna putih lalu menghitam karena menyerap dosa-dosa manusia.
Setiap jamaah yang berkunjung ke sana pasti menginginkan untuk menyentuh atau mencium Hajar Aswad. Batu ini juga menjadi patokan permulaan dan berakhirnya tawaf, ritual umat muslim saat mengelilingi Ka’bah.
Sejarah Pembangunan Ka’bah
Dalam sejarahnya, Ka’bah pernah beberapa kali direnovasi bahkan diratakan dengan tanah lalu dibangun kembali. Adapun orang yang pertama kali membangun Ka’bah adalah Nabi Ibrahim Allaihi Sallam dan Ismail Allaihi Sallam.
Awalnya, Allah Azza wa Jalla memerintahkan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail untuk membangun Ka’bah sebagai simbol cinta mereka kepada-Nya. Mereka bekerja sama membangun Ka’bah selama berbulan-bulan.
Dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 127 disebutkan bahwa Nabi Ibrahim meninggikan pondasi Ka’bah. Saat itu, Nabi Ibrahim membangun Ka’bah hingga mencapai ketinggian 7 hasta, dengan panjang 30 hasta dan lebar 22 hasta.
Ada juga pendapat lain yang menyatakan bahwa tinggi Ka’bah yang sebenarnya adalah 9 hasta. Pada masa itu, Ka’bah belum memiliki atap.
Pembangunan Ka’bah pada Zaman Rasulullah Shollallohu Allaihi wa Sallam
Kemudian pada zaman Rasulullah Shollallohu Allaihi wa Sallam, Makkah pernah diterpa banjir bandang yang membuat sebagian dinding Ka’bah roboh.
Pada saat itu, Rasulullah Shollallohu Allaihi wa Sallam bersama masyarakat Quraisy membangun Ka’bah kembali. Pada saat itu, Ka’bah ditinggikan hingga 18 hasta, tapi panjangnya dikurangi menjadi sekitar 6,5 hasta (dari sebelumnya 30 hasta).
Sekitar akhir tahun pada 683 M Ka’bah mengalami kerusakan yang parah akibat perang pada masa itu. Sebagian besar dinding Ka’bah roboh dan terbakar.
Seorang tokoh masyarakat sekaligus sahabat nabi bernama Abdullah bin Zubair bermusyawarah hingga memutuskan untuk merenovasi Ka’bah dengan meratakannya dengan tanah lalu membangun Kembali.
Beliau juga mendirikan tiang-tiang di sekeliling Ka’bah dan menutupinya dengan tirai. Kemudian beliau memperluas Ka’bah dengan menambahkan 6 hasta, mengembalikan bagian yang sebelumnya dikurangi oleh Kaum Quraisy.
Beliau juga meningkatkan tinggi Ka’bah menjadi 10 hasta dan menambahkan dua pintu, satu pintu untuk masuk dan satu lagi untuk keluar.
Pembangunan Ka’bah pada masa Khalifah Umayyah diperintahkan oleh pimpinan Dinasti Umayyah saat itu yaitu Malik bin Marwan.
Pembangunannya dilakukan pasca Abdullah bin Zubair wafat. Adapun renovasi yang dilakukan ditujukan untuk memperpanjang bangunan hingga meliputi Hijir Ismail.
Isi Dalam Ka’bah
Sebernarya, Ka’bah hanya berisi ruangan kosong dengan lantai marmer berwarna putih dan sebagian dindingnya. Di dalamnya terdapat tiga tiang penyangga yang berasal dari pohon jati burma.
Di tengah-tengah ruangan terdapat kotak marmer untuk menyimpan minyak dan wewangian yang digunakan untuk membasuh dan membersihkan bagian dalam Ka’bah.
Adapun tempat bernama multazam yang berada di tengah-tengah antara sisi kiri pintu Ka’bah dan Hajar Aswad yang menurut riwayat hadis merupakan tempat terkabulnya doa.
Penulis: Wawan Idris

