ALHAMDULILLAHI ROBBIL ‘ALAMIN. Allahumma sholli ‘ala Muhammad, wa‘ala alihi wa shohbihi wa sallam. Tulisan ini mengisahkan seorang sahabat Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam yang sangat fakir dan merasa sedih karena tidak mampu bersedekah untuk Perang Tabuk.
Tersebutlah kisah salah seorang sahabat Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam, dia adalah Ulbah bin Zaid. Dia bukanlah termasuk sahabat Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam yang terkenal sebagaimana Abu Bakar dan Umar.
Ulbah bin Zaid adalah seorang yang sangat fakir. Ia tidak memiliki harta kecuali kehormatannya sebagai sorang Muslim. Kefakirannya membuat Ulbah bin Zaid pun tidak bisa ikut berperang besama para sahabat lainnya.
Hal inilah yang membuat Ulbah bin Zaid begitu sedih. Ia sedih lantaran tidak memiliki apa pun untuk dibawa dalam Perang Tabuk. Padahal Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam mensyaratkan kepada semua sahabatnya yang akan ikut berperang untuk membawa sedekah.
Dikisahkan, saat itu tersebar berita bahwa bangsa Romawi yang merupakan bangsa dan kerajaan terkuat dan tebesar pada masa itu, sedang melakukan persiapan besar-besaran untuk memerangi kaum Muslim.
Pasukan Romawi akan menyerang daerah yang telah dikuasai kaum muslimin dan bahkan menuju kota Madinah. Pasukan Romawi akan membalas atas kekalahannya pada Perang Mu’tah. Saat itu pasukan Muslim dipimpin Khalid bin Walid.
Tidak biasanya Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam mengumumkan secara langsung akan kemana tujuan peperangannya, yaitu Tabuk, suatu daerah yang nun sangat jauh bagi bangsa Arab untuk ditempuh ketika itu.
Peperangan yang diumumkan Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam ini disambut antusias para sahabat. Namun orang-orang munafiq pada saat itu, mereka merasa bimbang, gelisah, dan gundah karena membayangkan perjalanan yang sangat jauh.
Di antara mereka saling mengatakan seharusnya keberangkatan tidak pada musim panas ini. Atas keluh kesah dan penolakan orang munafik itu, maka Alloh Ta’ala turunkan ayat yang berkaitan dengan mereka:
“…dan berkatalah orang-orang munafiq: ‘janganlah pergi berperang di musim panas ini’. Katakanlah (ya Muhammad) api neraka jahannam lebih panas, jika saja mereka mau mengerti .” (Q.S. At Taubah: 81)
Suatu kali Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam ingin menguji salah seorang dari mereka yaitu Jaad bin Qois, beliau berkata “wahai Jaad, bagaimana menurutmu jika kita pergi berperang melawan Bani Ashfar (orang romawi)…?”
Dia pun menjawab, ”izinkanlah aku untuk tidak berangkat perang dan jangan jatuhkan aku ke dalam fitnah (ujian). Demi Alloh ya Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam, kaumku sangat tahu bahwa aku adalah orang yang paling mudah tergoda dengan wanita diantara mereka. Dan aku takut kalau nanti aku melihat wanita romawi aku tidak tahan…, aku tidak bisa menahan nafsuku…”
Beliau Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam pun berpaling dan berkata, “Engkau aku izinkan untuk tidak berperang wahai Jaad…”
Padahal Jaad bin Qois hanya beralasan agar dia tidak berangkat perang, lalu beralasan takut tergoda oleh wanita-wanita Romawi. Padahal tujuan sebenarnya adalah dirinya menolak berangkat perang pada musim panas tersebut. Atas penolakannya itu, maka Alloh Ta’ala berfirman yang artinya:
“… berilah saya keizinan (tidak pergi berperang) dan janganlah kamu menjadikan saya terjerumus dalam fitnah. Ketahuilah bahwa mereka telah terjerumus ke dalam fitnah. Dan sesungguhnya Jahannam itu benar-benar meliputi orang-orang yang kafir.” (Q.S. At Taubah: 49). (bersambung)
Penulis : Wawan Idris
Sumber : darunnajah.ac.id
ALHAMDULILLAHI ROBBIL ‘ALAMIN. Allahumma sholli ‘ala Muhammad, wa‘ala alihi wa shohbihi wa sallam. Tulisan ini mengisahkan seorang sahabat Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam yang sangat fakir dan merasa sedih karena tidak mampu bersedekah untuk Perang Tabuk.
Tersebutlah kisah salah seorang sahabat Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam, dia adalah Ulbah bin Zaid. Dia bukanlah termasuk sahabat Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam yang terkenal sebagaimana Abu Bakar dan Umar.
Ulbah bin Zaid adalah seorang yang sangat fakir. Ia tidak memiliki harta kecuali kehormatannya sebagai sorang Muslim. Kefakirannya membuat Ulbah bin Zaid pun tidak bisa ikut berperang besama para sahabat lainnya.
Hal inilah yang membuat Ulbah bin Zaid begitu sedih. Ia sedih lantaran tidak memiliki apa pun untuk dibawa dalam Perang Tabuk. Padahal Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam mensyaratkan kepada semua sahabatnya yang akan ikut berperang untuk membawa sedekah.
Dikisahkan, saat itu tersebar berita bahwa bangsa Romawi yang merupakan bangsa dan kerajaan terkuat dan tebesar pada masa itu, sedang melakukan persiapan besar-besaran untuk memerangi kaum Muslim.
Pasukan Romawi akan menyerang daerah yang telah dikuasai kaum muslimin dan bahkan menuju kota Madinah. Pasukan Romawi akan membalas atas kekalahannya pada Perang Mu’tah. Saat itu pasukan Muslim dipimpin Khalid bin Walid.
Tidak biasanya Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam mengumumkan secara langsung akan kemana tujuan peperangannya, yaitu Tabuk, suatu daerah yang nun sangat jauh bagi bangsa Arab untuk ditempuh ketika itu.
Peperangan yang diumumkan Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam ini disambut antusias para sahabat. Namun orang-orang munafiq pada saat itu, mereka merasa bimbang, gelisah, dan gundah karena membayangkan perjalanan yang sangat jauh.
Di antara mereka saling mengatakan seharusnya keberangkatan tidak pada musim panas ini. Atas keluh kesah dan penolakan orang munafik itu, maka Alloh Ta’ala turunkan ayat yang berkaitan dengan mereka:
“…dan berkatalah orang-orang munafiq: ‘janganlah pergi berperang di musim panas ini’. Katakanlah (ya Muhammad) api neraka jahannam lebih panas, jika saja mereka mau mengerti .” (Q.S. At Taubah: 81)
Suatu kali Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam ingin menguji salah seorang dari mereka yaitu Jaad bin Qois, beliau berkata “wahai Jaad, bagaimana menurutmu jika kita pergi berperang melawan Bani Ashfar (orang romawi)…?”
Dia pun menjawab, ”izinkanlah aku untuk tidak berangkat perang dan jangan jatuhkan aku ke dalam fitnah (ujian). Demi Alloh ya Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam, kaumku sangat tahu bahwa aku adalah orang yang paling mudah tergoda dengan wanita diantara mereka. Dan aku takut kalau nanti aku melihat wanita romawi aku tidak tahan…, aku tidak bisa menahan nafsuku…”
Beliau Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam pun berpaling dan berkata, “Engkau aku izinkan untuk tidak berperang wahai Jaad…”
Padahal Jaad bin Qois hanya beralasan agar dia tidak berangkat perang, lalu beralasan takut tergoda oleh wanita-wanita Romawi. Padahal tujuan sebenarnya adalah dirinya menolak berangkat perang pada musim panas tersebut. Atas penolakannya itu, maka Alloh Ta’ala berfirman yang artinya:
“… berilah saya keizinan (tidak pergi berperang) dan janganlah kamu menjadikan saya terjerumus dalam fitnah. Ketahuilah bahwa mereka telah terjerumus ke dalam fitnah. Dan sesungguhnya Jahannam itu benar-benar meliputi orang-orang yang kafir.” (Q.S. At Taubah: 49). (bersambung)
Penulis : Wawan Idris
Sumber : darunnajah.ac.id