27.3 C
Indramayu
Senin, Desember 16, 2024


Umair bin Al-Humam: Sahabat yang Dijamin Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam Menjadi Penghuni Surga

ALHAMDULILLAHI ROBBIL ‘ALAMIN. Allahumma sholli ‘ala Muhammad, wa‘ala alihi wa shohbihi wa sallam. Waktu untuk menghabiskan sisa sepotong kurma bagi sahabat Umair bin Al-Humam dinilai terlalu lama bila dibandingkan dengan kenikmatan surga.

Umair bin Al-Humam adalah salah seorang Sahabat yang oleh Nabi Muhammad Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam telah dijamin masuk sorga. Jaminan ini diberikan atas ketaqwaan dan kezuhudannya kepada Alloh Azza wa Jalla.

- Advertisement -

Jaminan Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam kepada Umair bin Al-Humam ini terungkap dalam sebuah kisah ketika para Sahabat akan menyerang kaum musyrikin yang tak lain kafilah Abu Sufyan di Badar.

Dari Anas bin Malik bercerita, saat Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam dan para Sahabat (termasuk di dalamnya Umair bin Al-Humam) sampai di Badar, Rasululloh bersabda:

Janganlah kalian bertindak sebelum ada perintah dariku. Lalu saat kaum musyrikin semakin dekat, Rasululloh menyerukan, “Berangkatlah kalian ke Surga yang luasnya seluas langit dan Bumi!” 

Umair bin Al-Humam menyahut, “Wahai Rasululloh, Surga yang luasnya seluas langit dan bumi?” Beliau lalu menjawab, “Benar.” Umair berucap, “Wah… wah…!” Rasululloh bersabda, “Mengapa kamu mengucap wah… wah…?

Umair menjawab, “Tidak! Demi Alloh, wahai Rasululloh, aku hanya berharap menjadi salah satu penghuninya.” Beliau bersabda, “Ya, sesungguhnya kamu termasuk penghuninya!”

Mendengar ini, Umair mengeluarkan kurma dari dalam sakunya dan memakannya sebagian, setelah itu ia berkata, “ Jika harus hidup hingga menghabiskan semua kurmaku ini maka sungguh itu merupakan kehidupan yang lama sekali (bagiku)!”

Lalu Umair bin Al-Humam membuang sisa kurma di tangannya dan kemudian ia masuk ke medan perang, bertempur hingga gugur. [H.R. Muslim no 1901 dan Ahmad (III/136-137].

Itulah Umair bin al-Human, karena zuhudnya ia menganggap waktu yang dihabiskan untuk memakan sisa (sepotong) kurma sebagai kehidupan duniawi dianggapnya terlalu lama bila dibandingkan dengan kerinduannya kepada Surga (kenikamatan akhirat).

Sikap zuhud Umair ini tentu bertolak belakang dengan kebanyakan dari ummat manusia yang berambisi mengumpulkan dan bergelimang kenikmatan dunia. Terlebih lagi yang menganggap kenikmatan dunia akan kekal.

Belajar dari Umair, maka memanfaatkan waktu sebaik-baiknya dalam ketaan kepada Alloh Azza wa Jalla sebelum datangnya penyesalan yang tidak berguna sama sekali itu adalah sebuah keniscayaan, sebagai mana firman Alloh Azza wa Jalla.

Agar jangan ada orang yang mengatakan, “Alangkah besar penyesalanku atas kelalaianku dalam (menunaikan kewajiban) terhadap Alloh, dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang memperolok-olokan (agama Alloh)”;

Atau (agar jangan) ada yang berkata, “Sekiranya Alloh memberi petunjuk kepadaku tentulah aku termasuk orang-orang yang bertaqwa”;

Atau (agar jangan) ada yang berkata ketika melihat azab, “Sekiranya aku dapat kembali (ke dunia) tentu aku termasuk orang-orang yang berbuat baik.”

Sungguh sebenarnya keterangan-keterangan-Ku telah datang kepadamu tetapi kamu mendustakannya, malah kamu menyombongkan diri dan termasuk orang kafir.

Dan pada hari kiamat engkau akan melihat orang-orang yang berbuat dusta terhadap Alloh, wajahnya menghitam. Bukankah neraka jahanam itu tempat tinggal bagi orang-orang yang menyombongkan diri?

Dan Alloh menyelamatkan orang-orang yang bertaqwa karena kemenangan mereka. Mereka tidak disentuh oleh azab dan tidak bersedih hati. [Q.S. Az-Zumar: 56-61].

Penulis            : Wawan Idris
Sumber           : Ensiklopedi Sahabat karya Mahmud Al-Mishri, Pustaka Imam Asy-syafi’i

 

 

Artikel Terkait

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terpopuler