ALHAMDULILLAHI ROBBIL ‘ALAMIN. Allahumma sholli ‘ala Muhammad, wa‘ala alihi wa shohbihi wa sallam. Tauhid itu meyakini bahwa Alloh Azza wa Jalla adalah Esa, karenanya tidak ada sekutu bagi-Nya.
Tauhid merupakan pondasi bagi pemeluk dan agama Islam. Karena tauhid itu, seorang muslim hanya beribadah, menyembah, berdoa, bergantung, berharap, minta tolong kepada Alloh Azza wa Jalla.
Tauhid seorang muslim harus dipertahankan, dipupuk, dan dikuatkan sampai akhir hayat. Seorang muslim yang meninggal dunia dalam keadaan bertauhid jaminannya adalah surga.
Tauhid seseorang bisa tetap tertanam dengan baik sampai akhir hayatnya. Sebaliknya tauhid seseorang bisa juga rusak bahkan sampai membatalkan keislamannya alias murtad.
Salah satu perusak tauhid adalah perbuatan syirik. Berikut ini ada tiga macam syirik yang harus dijauhi, yaitu:
Pertama, Syirik dalam Ibadah
Macam syirik dalam hal ibadah disebut juga syirik uluhiyyah. Syirik ini berarti menyekutukan Allah saat beribadah, atau beribadah kepada selain Allah.
Islam mengatur beberapa ibadah yang diwajibkan atau dianjurkan, seperti sholat, puasa, zakat, kurban, dan berdoa.
Ada juga ibadah hati seperti rasa harap, rasa cinta, dan rasa takut. Orang yang berbuat syirik dalam hal uluhiyah ialah orang yang mengarahkan ibadah-ibadah tersebut kepada selain Allah.
Misalnya berdoa kepada berhala, memohon kepada orang yang sudah meninggal, menyembelih hewan untuk persembahan kepada jin, dan sebagainya.
Sayangnya semua itu bisa saja dilakukan oleh orang yang mengaku beragama Islam. Perbuatan ini tentu saja termasuk syirik.
Kedua, Syirik dalam Keyakinan akan Perbuatan Allah
Allah adalah Dzat Maha Kuasa yang mengatur alam semesta. Hanya Dia-lah yang mengatur pergerakan bumi, matahari, bulan, hingga memberi rizki kepada hamba-hambaNya.
Jika kita meyakini ada sekutu lain yang melakukan hal itu, maka kita telah terjebak dalam perbuatan syirik. Syirik seperti ini disebut dengan syirik dalam hal rububiyyah.
Allah berfirman, “Katakanlah: ‘Serulah mereka yang kamu anggap (sebagai ilah) selain Allah, mereka tidak memiliki (kekuasaan) seberat dzarrah pun di langit dan di bumi, dan mereka tidak mempunyai suatu saham pun dalam (penciptaan) langit dan bumi dan sekali-kali tidak ada di antara mereka yang menjadi pembantu bagi-Nya.’” (QS.Saba’: 22).
Ketiga, Syirik dalam Nama dan Sifat Allah
Allah memiliki nama-nama dan sifat-sifat mulia, yang kita kenal dalam Asmaul Husna. Tentu saja hanya Allah yang memiliki nama-nama tersebut.
Jika seseorang melekatkan nama tersebut kepada sekutu lain, maka itu termasuk syirik. Misalnya meyakini bahwa matahari ialah Maha Pemberi Rejeki. Syirik seperti ini termasuk dalam syirik dalam asma wal shifat.
Penulis: Wawan Idris