MHNEWS.ID.- Tingkat kematian jemaah haji asal Indonesia tahun 2025 sangat memprihatinkan karena jumlahnya cukup banyak.
Hingga 23 Mei 2025, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat sebanyak 53 jemaah haji Indonesia telah meninggal dunia di Tanah Suci.
Jumlah tersebut atau data itu dihimpun melalui Sistem Komputerisasi Haji Terpadu Bidang Kesehatan (Siskohatkes).
Sementara, menurut data Siskohat Kementerian Agama (Kemenag) yang diakses Senin (26/5/2025), jumlah jemaah haji yang wafat sebanyak 62 orang.
Dari jumlah tersebut, 19 orang diantaranya wafat akibat serangan jantung, yang disebabkan oleh kondisi seperti penyakit jantung iskemik akut dan shock cardiogenic.
Angka kematian tersebut cukup memprihatinkan. Kemenkes pun mengimbau jemaah—terutama kelompok lansia dan penderita penyakit penyerta—untuk lebih berhati-hati dan bijak dalam menjalani ibadah sunnah selama di Tanah Suci.
Menurut dr. Agus Sulistyawati, Sp.S, dari Tim Visitasi Kesehatan, mayoritas jemaah yang wafat sebelumnya sudah memiliki riwayat penyakit jantung dan komorbiditas, namun tetap menjalani aktivitas fisik yang berlebihan.
“Kami sangat menyayangkan tingginya angka kematian ini. Kebanyakan dari mereka meninggal karena gangguan jantung,” kata dr. Sulis saat kunjungan ke jemaah di Sektor 7, Daerah Kerja Makkah, seperti dilansir situs Kemenkes, Sabtu (24/5/2025).
Kepala Pusat Kesehatan Haji Kemenkes, Liliek Marhaendro Susilo, juga mengungkapkan keprihatinan yang sama.
Ia menegaskan bahwa puncak ibadah haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna) yang dimulai pada 4 Juni membutuhkan kesiapan fisik dan pengelolaan diri yang baik.
“Kami mengimbau jemaah, terutama yang lansia atau punya penyakit seperti jantung, hipertensi, dan diabetes, untuk mengurangi ibadah sunnah yang menguras tenaga,” sarannya.
“Misalnya, membatasi umrah berulang, tawaf sunnah, berjalan kaki jauh, atau kegiatan wisata religi,” sambung Liliek sebagaimana ditulis Kompas.com.
Ia menekankan bahwa meski ibadah sunah bernilai pahala besar, menjaga kesehatan dan keselamatan diri tetap menjadi prioritas utama, terutama menjelang puncak haji di Armuzna.
Jemaah juga diingatkan untuk menghindari aktivitas di siang hari yang panas, serta memakai alat pelindung diri seperti masker, payung, kacamata hitam, dan alas kaki.
Disarankan juga untuk mengonsumsi air secara teratur hingga dua liter per hari, serta minum oralit sekali sehari guna mencegah dehidrasi.
“Bagi jemaah yang memiliki obat, harap diminum sesuai aturan. Periksa kondisi tubuh minimal tiga kali seminggu, hindari stres, dan perbanyak zikir,” tambah Liliek.
Ia juga menekankan pentingnya kerja sama antarjemaah, khususnya dalam mendampingi lansia dan mereka yang memiliki komorbiditas, agar mereka tidak menjalani ibadah yang membahayakan kesehatannya.
“Tujuan utama kita adalah meraih haji mabrur. Hal itu tidak akan tercapai jika kondisi tubuh tidak dijaga dengan baik,” tegasnya.
Penulis: Wawan Idris