MHNews.- Angka kematian akibat demam berdarah dongue (DBD) di Kabupaten Indramayu tahun ini hingga Juli 2022 sebanyak 3 orang dari 190 kasus. Sedangkan 2021 terdapat 210 kasus dengan 4 kematian.
Plt Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu dr. Wawan Ridwan di Pendopo Indramayu, Selasa (26/7) mengatakan bila dibandingkan angka kematian akibat DBD tahun 2021 lalu dengan sekarang, ada kecenderungan kasus DBD di 2022 dan angka kematiannya melampaui.
“Prediksinya kasus dan angka kematian akibat DBD tahun ini akan lebih dari tahun kemarin. Kami berusaha angka kematian tidak lebihi tahun kemarin. Untuk itu seluruh jajaran Dinas Kesehatan akan maksimal melaukan tindakan preventif. Di lain pihak, masyarakat harus waspada,” katanya.
Ia juga menginformasikan bahwa kasus DBD di Kabupaten Indramayu terjadi merata di 31 kecamatan. Hanya ada beberapa kecamatan yang prevalensinya lebih tinggi dari yang lain. “Biasanya kecamatan yang padat penduduknya seperti Jatibarang, Balongan, dan Haurgeulis,” terangnya
Untuk mencegah kasus DBD merebak, ia mengimbau masyarakat agar melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan 3M plus. Sementara fogging atau pengasapan adalah merupakan alternatif yang sifatnya instan.
Disebut instan karena fogging hanya membunuh nyamuk dalam waktu beberapa hari saja tanpa menuntaskan pemusnahan telurnya. Karenanya, setelah itu nyamuk akan kembali berkembang biak jika tanpa PSN 3M Plus.
“Fogging opsi alternatif terakhir. Yang mesti diprioritaskan adalah 3M plusnya. Dengan 3M plus nyamuk akan mati sampai dengan telurnya,” ucapnya.
Ia menjelaskan berbagai upaya pencegahan tersebut mengingat prediksi tahun ini tanpa kemarau. Kondisi cuaca yang masih sering terjadi hujan agar mewaspadai berkembang biaknya nyamuk Aedes Aegypti sebagai penyebab DBD.
“Sepertinya tahun ini tidak ada kemarau. Walaupun dari Klimatologi (BMKG) katanya sekarang sudah kemarau. Nanti September kita menjelang penghujan. Tapi nyatanya sekarang masih hujan. Ini yang perlu kita waspadai untuk berkembang biaknya nyamuk Aedes Aegypti,” ucapnya.
Meski demikian, katanya, fogging akan dilakukan tanpa diminta ketika memang kondisinya mengharuskan. Penyelidikan akan dilakukan untuk kemudian diputuskan dilakukan atau tidaknya fogging.
“Masyarakat mohon mengerti fogging tidak semata permintaan, tapi mengacu indikator kemudian kita putuskan perlu fogging atau tidak, berdasarkan penyelidikan epidemiologi oleh petugas puskesmas yang kita kenal PE (petugas epidemiologi),” jelasnya. (man)
