ALUN-ALUN sebagai ruang publik sebuah ibu kota pemerintahan, baik desa, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, dan pemerintah pusat sejatinya merupakan ikon atau symbol dari pemerintahan tersebut.
Sebagai sebuah ikon, maka alun-alun harus fenomenal-monumental dari berbagai aspeknya, terutama historis, filosofis, dan sosiologis. Ketika alun-alun dibangun alakadarnya tanpa memperhatikan tiga aspek itu maka sangatlah mudah tergerus zaman.
Alun-alun Indramayu sejak tahun 1980-an sampai sekarang tahun 2022 setidaknya telah mengalami tiga kali perubahan. Era kepemimpinan Bupati A. Jahari alun-alun itu hanya lapangan biasa dengan rumput tebal tak terpelihara. Jika musim hujan alun-alun sangat becek. Di tempat ini pula anak-anak Kota Mangga menghabiskan waktu sorenya untuk bermain sepak bola.
Bermunajat kepada Alloh Azza wa jalla mohon kelancaran dan kesuksesan penataan Alur
Pada era kepemimpinan Bupati Adang Suryana sempat berubah dengan dibuat taman-taman kecil dengan bentuk kotak-kota, opal, lingkaran, dan persegi panjang. Dengan berubahnya wajah alun-alun ini pun anak-anak tidak lagi bisa bermain bola.
Namun penataan wajah alun-alun seperti itu tidaklah lama, karena beberapa waktu kemudian kembali diratakan hingga era kepemimpinan Bupati Ope Mustofa dan Bupati Irianto M.S. Syafiuddin (Yance). Pada era Bupati Ope Mustofa alun-alun tidak mengalami banyak perubahan.
Sekda Drs. Rinto Waluyo memotong tumpeng
Justru saat Bupati Yance dan Bupati Anna Sophana, alun-alun mengalami banyak perubahan. Selain adanya pemagaran kokoh sekelilingnya, juga di sisi-sisinya dibuat taman-taman minimalis dan penanaman pohon peneduh yang membuat suasana asri.
Pemagaran alun-alun pada era Bupati Yance dan Anna tak luput dari sorotan masyarakat. Mereka menilai pemagaran itu mengurangi fungsi alun-alun sebagai ruang publik. Seharusnya alun-alun itu terbuka dan mudah diakses publik.
Bupati Nina Agutina-Sekda Drs. Rinto Waluyo selalu menjaga harmoni dan kekompakan
Kini kepemimpinan berganti dan wajah alun-alun pun akan berubah lagi. Pagi tadi, Jumat (5/8) acara tasyakuran pun digelar sebagai ikhtiar memohon kelancaran dan kesuksesan pelaksanaan proyek penataan alun-alun ini. Direncanakan proyek itu akan berlangsung lima bulan kerja.
Perubahan wajah alun-alun adalah sebagai sesuatu yang wajar karena setiap pemimpin mempunyai visi dan missinya sendiri. Setiap pemimpin memiliki hasrat dan syahwat kekuasaan, tak terkecuali Bupati Nina Agustian Da’i Bachtiar.
Bupati Nina berharap alun-alun ini setelah ditata akan mengembalikan fungsinya sebagai ruang publik. Masyarakat dimudahkan aksesnya dan leluasa melakukan berbagai aktivitas. Alun-alun yang diberi nama Alun-alun Rakyat (Alur) ini selain langkah nyata mewujudkan 10 program unggulan juga sekaligus sebagai ikon dan symbol kedekatan pemimpin dengan rakyatnya. (wawan idris)