MHNews.- Jauh sebelum stunting jadi masalah besar, Kabupaten Indramayu sudah memiliki regulasi sebagai salah satu ikhtiar pencegahan penyakit yang menyebabkan anak-anak tumbuh tidak normal (kate) itu.
Regulasi yang dimaksud adalah Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu No. 8 Tahun 2016 tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR). Perda ini sangat nyata dapat mencegah penyebaran stunting jika benar-benar dilaksanakan dengan sungguh-sungguh oleh semua lapisan masyarakat.
Kepala Bidang Pengendalian Penduduk, Penyuluhan dan Pergerakan, Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Disduk P3A) Kabupaten Indramayu Soimalia Mahar, S.H. menegaskan Perda KTR sangat berkontribusi mengatasi stunting di Kabupaten Indramayu.
“Saya berharap KTR No. 8 Tahun 2016 dipatuhi dengan sungguh-sungguh sehingga implementasinya mampu meminimalisir dan menurunkan angka stunting di Kabupaten Indramayu,” katanya, Rabu (27/7).
Dijelaskan, berbagai hasil studi menunjukkan dampak buruk balita yang terpapar asap rokok. Beberapa risiko yang akan dialami antara lain Sudden Infant Death Syndrome (SIDS), yaitu sindrom yang mengakibatkan kematian mendadak pada bayi, gangguan pernafasan, kanker, dan penyakit lainnya.
“Selain itu, balita beresiko mengalami stunting atau perlambatan pertumbuhan berat dan panjang badan serta gangguan perkembangan otak,” jelas perempuan yang juga Ketua Indramayu Sehat Tanpa Asap Rokok (ISTAR) ini.
Ia juga menuturkan berdasarkan penelitian para ahli bahwa kandungan asap rokok berisi lebih dari 4.000 zat kimia berbahaya. Dari jumlah tersebut, diantaranya merupakan bahan karsiogenik yang dapat melintasi plasenta dan secara langsung mempengaruhi pusat hipotalamus anak.
“Sehingga hal itu dapat mengakibatkan penurunan kecepatan pertumbuhan badan, hambatan, pembentukan tulang, dan memperlambat pertumbuhan panjang badan,” katanya. (man)
