PAMER kekayaan, kesenangan, gaya hidup mewah, dan hedon saat ini begitu masif tersebar di media sosial. Mau tidak mau kita yang kini menjadi bagian ‘penikmat’ perangkat teknologi informasi dan komunikasi turut larut di dalamnya. Dengan perangkat handphone, dalam satu genggaman semua informasi bisa kita ‘lahap’ kapan dan di mana saja.
Akibat gempuran gaya hidup mewah dan hedon tersebut, disadari atau tidak pikiran kita lambat laun terpengaruh. Lalu, wujud dari pengaruh itu adalah, kita pun sebagai orang normal ingin menjadi orang kaya, memiliki harta benda yang banyak: mobil, rumah, perhiasan yang mewah. Bahkan kita kadang ingin menjadi raja atau sultan di dunia.
Menjadi orang kaya tidaklah salah. Kekayaan bisa digunakan untuk beramal ibadah, mencari keridoan Alloh Azza wa jalla. Akan menjadi salah manakala kekayaan itu menjadikan kita lupa kepada Alloh Azza wa jalla. Dan lebih salah lagi manakala kita kehilangan rasa syukur dan konaah atas nikat, karunia, dan rizki yang diberikan Alloh Azza wa jalla.