The Straits Times menulis, penunjukan putra mahkota sebagai PM suatu hal yang langka. Pada 1950-an, mantan Putra Mahkota Faisal al Saud pernah menjadi PM dan mengambil alih pemerintahan. Namun, ini berujung pada perebutan kekuasaan yang membuat raja Saudi kala itu lengser.
Meski begitu, seorang analis Saudi yang dekat dengan pemerintah kerajaan, Ali Shihabi, menilai hal tersebut tak terjadi saat ini. Penunjukan MbS sebagai perdana menteri bak “meresmikan situasi de facto”, katanya.
“Ini terlambat sebenarnya, mengingat dia (MbS) telah menjadi CEO dari peran kepemimpinan Raja selama bertahun-tahun,” Shihabi menambahkan.
Sementara itu, pakar politik Saudi di Universitas Birmingham, Umar Karim, menilai MbS telah melewati fase perebutan kekuasaan dan memenangkannya, sehingga yang terjadi saat ini lebih kepada pengaturan kewenangannya.
Penulis : Wawan Idris
Sumber : detik.com