Insiden tersebut, yang terjadi pada Oktober, telah memicu perdebatan tentang keseimbangan pertimbangan beragama dan kebebasan akademik, dengan pihak administrasi sekolah tampaknya mengubah sikapnya terhadap masalah tersebut di tengah reaksi tersebut.
Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR) nasional juga telah mempertimbangkan masalah ini. Mereka menggarisbawahi antara menunjukkan penggambaran Nabi Muhammad untuk tujuan akademis dan bukan dalam konteks lalai atau jahat.
“Berdasarkan apa yang kami ketahui sampai saat ini, kami tidak melihat bukti Profesor Prater bertindak dengan niat Islamofobia atau terlibat dalam perilaku yang memenuhi definisi kami tentang Islamofobia,” kata kelompok itu dalam sebuah pernyataan yang dirilis pekan lalu.
Penulis: Wawan Idris