Namun, jika pun masalah kepemilikan gawai dan perangkat teknologi informasi bisa dipenuhi, tidak lantas membuat guru-guru super sibuk dengan jam mengajar banyak akan menjadi leluasa untuk mengikuti Program Guru Penggerak.
Sebab, di hadapannya jelas ada banyak siswa yang akan dirugikan karena ketidakhadiran guru mereka untuk mengajar di dalam kelas. Guru menjadi sering “bolos” atau “izin” untuk meninggalkan kelas demi kegiatan Program Guru Penggerak.
Jika guru seperti ini memaksakan kehendak, katakanlah demi karirnya untuk mudah menjadi Kepala Sekolah dan atau Pengawas Sekolah, maka para peserta didik jelas dikorbankan.
Ada muncul kemudian semacam pemero: Siswa sibuk mengerjakan tugas dan atau asik sendiri dengan hobi mereka sambil mengabaikan tugas dari guru, sementara guru sibuk sendiri dengan laptopnya, di ruangan berbeda, untuk menjalani aktivitas sebagai Guru Penggerak.