31.4 C
Indramayu
Senin, April 14, 2025


Camkan! Inilah Bentuk Kesungguhan Para Ulama Salaf dalam Mewujudkan Keikhlasan

ALHAMDULILLAHI ROBBIL ‘ALAMIN. Allahumma sholli ‘ala Muhammad, wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallam. Ibrahim at-Taimiy berkata, “Mereka (para salaf) membenci apabila seseorang mengabarkan amalannya yang tersembunyi.”

Riwayat yang menjelaskan tentang (usaha) para Ulama salaf dalam merealisasikan keikhlasan serta kegigihan mereka dalam menjaga diri dari segala yang bertentangan dengannya, sangatlah banyak, baik dari kisah perjalanan hidup maupun petunjuk mereka.

- Advertisement -

Diantaranya adalah keengganan mereka untuk menyatakan bahwa mereka orang-orang ikhlas yang sudah merealisasikannya. Misalnya, perkataan:

  • Hisyâm ad-Distiwai, “Demi Allâh, saya tidak bisa mengatakan, ‘Sesungguhnya saya sudah pergi sehari saja untuk mencari hadits karena mengharapkan wajah Allâh Azza wa Jalla.”
  • Fudhail bin ‘Iyâdh, “Seandainya aku bersumpah bahwa aku telah berbuat riya’, itu lebih aku sukai daripada aku bersumpah bahwa aku tidak berbuat riya’.”
  • Imam Ahmad pernah ditanya, “Apakah engkau mencari ilmu karena Allâh Azza wa Jalla?” Beliau menjawab, “(Menuntut ilmu) karena Allâh Azza wa Jalla itu berat (susah), namun (jika) ada sesuatu yang kami sukai, maka kami mempelajarinya.”

Dan di antara bentuk perhatian dan semangat para Ulama salaf dalam merealisasikan keikhlasan dan membendung semua yang bisa merusaknya adalah upaya mereka menyembunyikan amal shalih.

  • Diriwayatkan dari Bakr bin Ma’iz, ia berkata, “ar-Rabi’ tidak pernah melihat seorang pun yang melaksanakan shalat sunnah di masjidnya kecuali sekali saja.”
  • Dikisahkan bahwa ‘Ali bin al-Hushain pernah membawa sekantong roti di atas pundaknya pada malam hari, lalu ia bersedekah dengannya. Dan ia berkata, “Sesungguhnya sedekah secara rahasia akan memadamkan kemurkaan Rabb Subhanahu wa Ta’ala.
  • Al-A’masy berkata, “Suatu ketika Hudzaifah menangis dalam shalatnya. Saat selesai shalat, ia menoleh, ternyata ada orang di belakangnya. Maka ia berkata, “Janganlah sekali-kali engkau ceritakan ini kepada siapa pun.”
  • Hammad bin Zaid berkata, “Suatu hari Ayyub menyebutkan sesuatu kemudian ia pun terharu. Lantas ia memalingkan wajahnya seakan-akan hendak buang ingus. Kemudian ia kembali menghadap kami dan berkata, “Sesungguhnya flu itu berat bagi Syaikh.”
  • Muhammad bin Wâsi’ berkata, “Sesungguhnya dahulu pernah ada seorang laki-laki yang menangis selama dua puluh tahun, padahal dia bersama isterinya, namun si istri tidak mengetahui (tangisan itu).”

Penulis  : Wawan Idris
Sumber: almanhaj.or.id

 

 

 

Artikel Terkait

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terpopuler