ALHAMDULILLAHI ROBBIL ‘ALAMIN. Allahumma sholli ‘ala Muhammad, wa‘ala alihi wa shohbihi wa sallam. Seberapa pun banyaknya amal ibadah manusia tidak akan menjamin masuu surga.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu `anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu `alaihi wa sallam pernah bersabda:
“Tetaplah berusaha menetapi dan mendekati yang benar dan bersikaplah lurus. Serta ketahuilah bahwa tidak ada seorang pun di antara kalian yang selamat (dari siksa) sebatas karena amal perbuatannya semata.”
Para sahabat bertanya: “Apakah termasuk engkau juga wa hai Rasulullah? Beliau pun menjawab: “Termasuk juga aku, hanya saja Allah membentengi diriku dengan rahmat dan karunia-Nya.” [H.R. Al-Bukhari, no. 5673, Muslim, no. 2816].
Syaikh Shalih al Utsaimin rahimahullah dalam Syarah Riyadhus Shalihin dan Hadits Arba’in lin Nawawi dan Syaikh Salim bin ‘Ied Al Hilaliy dalam Kitab Bahjatun Naadziriin Syarh Riyaadhish Shaalihiin, hadist ini memberikan faedah-faedah berharga, diantaranya:
1. Faedah berharga bahwa Istiqamah itu dilakukan berdasarkan kemampuan, yang menjadi bukti hal tersebut adalah sabda Nabi (artinya):
“Tetaplah berusaha menetapi dan mendekati yang benar dan bersikaplah lurus”, yakni maknanya tetaplah bersikap lurus pada apa-apa yang kalian diperintahkan padanya, dan bersemangatlah untuk menetapi kebenaran sesuai kemampuan.
Dalam istiqamah, manusia selalu punya celah, dan hal itu lumrah, karena fitrahnya manusia sering terjatuh dalam lupa dan salah.
Allah Ta’ala befirman yang artinya: “Karena itu tetaplah kamu istiqamah (beribadah) kepada-Nya dan mohonlah ampunan kepada-Nya.” [Q.S. Fushshilat: 6].
2. Karunia dan rahmat Allah Ta’ala terhadap hamba-hamba-Nya lebih luas ketimbang amal perbuatan mereka.
3. Amal shaleh dan ibadah semata tidaklah dapat memasukkan manusia ke surga, amal ibadah tersebut tidaklah cukup sebagai nilai tukar untuk membayar surga.
Mengapa? Karena surga Allah ‘Azza wa Jalla terlalu mulia, karena tidak sebandingnya harga surga yang begitu mahal bila dibayar dengan amal ibadah manusia, hanya saja amal tersebut sebagai sebab dan sebagai penentu tingkatan Surga Allah yang akan dimasukinya.
4. Tidak sepatutnya seorang hamba tertipu oleh amal shalehnya, sehingga dia hidup berbekal rasa harap saja tanpa adanya rasa takut kepada Allah Ta’ala.
Inilah yang mengakibatkan dirinya terjerumus ke dalam kebinasaan, yakni karena ujub (kagum) terhadap amalnya.
5. Rasulullah Shallallahu `alaihi wa sallam sebagai Nabi terbaik pun masuk surga bukan karena bayaran atas amal ibadahnya, namun karena Allah Yang Mahapemurah meliputinya dengan rahmat-Nya.
Lalu bagimana dengan kita yang amalnya sedikit, serba kurang, banyak cacatnya, tentu harus lebih semangat memperbaiki diri dan merasa rendah diri di hadapan Allah Yang Mahaperkasa atas amal yang sedikit ini.
6. Dalam hadits ini terdapat petunjuk tentang cara memperoleh kebaikan yang melimpah yaitu dengan beristiqamah pada manhaj (syariat) Allah Ta’ala tanpa berlebihan melampaui batas, dan tanpa meremehkannya. Wallahu Ta’ala A’lam.
Penulis : Wawan Idris
Sumber: bimbinganislam.com