MHNEWS.ID.- Banyak orang, khususnya yang telah memasuki usia senja (lansia) memilih tetap olah raga ringan, merawat tanaman di halaman rumah, dan rekreasi.
Pilihan lansia seperti itu sangat tepat karena aktivitas dapat menyebabkan tubuh menjadi sehat, bugar, dan tentu saja menimbulkan efek senang, riang, dan bahagia.
Namun untuk tetap sehat, bugar, dan bahagia tidak cukup dengan melakukan aktivitas tersebut. Lansia perlu juga memperhatikan pola makan dan asupan nutrisi.
Memasuki usia senja, tubuh memang sangat membutuhkan perhatian lebih dalam menjaga keseimbangan nutrisi. Salah satu caranya dengan mengatur pola makan yang sehat dan sesuai kebutuhan.
Dokter spesialis penyakit dalam konsultan geriatri dari RSUP Prof. Ngoerah, Dr. dr. Ni Ketut Rai Purnami, Sp.PD-K.Ger, FINASIM, menjelaskan, pola makan lansia tidak bisa disamakan dengan orang dewasa muda.
Perubahan metabolisme, risiko penyakit kronis, hingga perubahan pada fungsi organ harus diperhatikan secara khusus.
“Pola makan ini, kalau kita lihat piramida WHO, kita masih ikut jenjangnya itu. Jadi, yang paling bawah itu tetap mesti dapat, dan itu besar porsinya,” ujar dr. Rai.
“Jadi, air itu harus mesti banyak, kemudian serat,” sambungnya sebagiaman ditulis Kompas.com. dari Radio Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, Sabtu (24/5/2025).
Pentingnya asupan cairan dan serat
Asupan cairan yang cukup sangat penting bagi lansia untuk menjaga fungsi ginjal dan mencegah dehidrasi.
Selain itu, makanan berserat seperti sayur dan buah dapat membantu pencernaan dan mencegah konstipasi, yang kerap dialami kelompok usia lanjut.
Pilih lemak yang tepat
Dr. Rai mengingatkan bahwa tidak semua lemak harus dihindari oleh lansia. Lemak sehat seperti omega-3 justru penting untuk menjaga kesehatan jantung dan otak.
Namun, lemak jenuh dan lemak trans sebaiknya dibatasi. “Hilangkan mindset bahwa, oh udah tua nih, jangan makan makanan yang berlemak.
Jadi, lemak itu ada banyak. Kayak omega-3 itu sangat bagus. Asalkan jangan yang lemak trans atau lemak yang sudah saturated fatty acid itu jangan,” jelasnya.
Batasi garam dan gula
Lansia sering mengalami penurunan fungsi pengecap, sehingga merasa makanan yang sehat terasa hambar. Hal ini sering memicu konsumsi garam atau gula berlebih, padahal hal tersebut bisa memicu hipertensi dan diabetes.
“Kadang-kadang, beliau suka ngambek, karena kan lidah beliau sudah mulai atrofi. Jadi, yang kita kecap sudah asin nih. Ternyata, beliau bilang, ‘nggak, ini hambar, nggak rasa apa-apa’. Itu juga pelan-pelan harus dimotivasi,” ujar dr. Rai.
Sesuaikan dengan kondisi kesehatan
Beberapa lansia hidup dengan kondisi kronis seperti hipertensi, penyakit ginjal, atau diabetes. Karena itu, pengaturan diet harus disesuaikan dengan kebutuhan medis masing-masing.
“Makan yang tinggi gula, jangan. Kemudian, tinggi garam, jangan. Itu bagian yang penting juga harus disesuaikan,” tegasnya.
Peran keluarga sangat penting Pola makan sehat untuk lansia tidak bisa hanya dibebankan pada lansia itu sendiri.
Perlu dukungan penuh dari keluarga dalam memilihkan, menyiapkan, dan mendampingi proses makan yang sehat.
“Pola makan ini bukan cuma lansianya saja yang perhatikan, tapi orang sekitarnya juga mesti diperhatikan juga,” kata dr. Rai.
Masa lansia bisa tetap dijalani dengan aktif dan bahagia jika didukung pola makan yang sehat.
Dengan memperhatikan asupan cairan, serat, lemak sehat, serta membatasi gula dan garam, lansia dapat mempertahankan kualitas hidupnya.
Dukungan dari keluarga menjadi kunci dalam membangun rutinitas makan yang tepat dan penuh kasih.
Penulis: Nia Herlina [Pengurus PKK Kabupaten Indramayu]