ALHAMDULILLAHI ROBBIL ‘ALAMIN. Allahumma sholli ‘ala Muhammad, wa‘ala alihi wa shohbihi wa sallam. Kematian adalah awal dari memulai kehidupan akhirat. Maka celakalah yang mati tanpa membawa bekal taqwa.
Saat kematian menjemput, maka putuslah urusan dunia. Namun celakanya, kematian itu tidak mengakhiri pertanggungjawaban manusia atas kehidupan yang telah diamanahkan Alloh Tabaroqta’alla.
Sebagaimana Alloh Tabaroqta’alla berfirman, “… wahai, kiranya (kematian) itulah yang menyudahi segala sesuatu”. [Q.S. Al Haqqah: 27].
Di akhirat, manusia akan memanen segala perbuatan selama di dunia. Bagi manusia yang beriman, taqwa, dan senantiasa berbuat kebajikan maka kematian itu sebagai pintu memasuki keabadian yang menggembirakan di dalam Sorga.
Sebaliknya, bagi manusia yang selama hidupnya diisi dengan kemaksiatan, kezaliman, kekufuran, kesyirikan, dan kekafiran, maka ia akan abadi dalam siksa jahanam. Maka saat itulah penyesalan memenuhi kesadarannya.
“Ada pun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya.” [Q.S. Al Baqarah: 39].
Mereka menyesal karena tidak melakukan amal kebajikan, mengingkari perintah Alloh Tabaroqta’alla, berbuat kemungkaran, dan selalu mengikuti syaeton. Dan mereka pun sangat ingin kembali ke dunia. Penyesalan yang sesungguhnya sangat tidak berguna.
“Dan (alangkah ngerinya) jika sekiranya kamu melihat ketika orang-orang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Rabbnya, (mereka berkata):
“Wahai Rabb kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami ke dunia. Kami akan mengerjakan amal saleh. Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang yakin.” [Q.S. As Sajdah: 12].
Imam Ibnu Katsir rahimahullah, menjelaskan ratapan manusia di akhirat dalam ayat tersebut adalah mereka ingin kembali ke dunia untuk melakukan amal shaleh karena mereka yakin janji Alloh Tabaroqta’alla adalah benar dan pertemuan dengan-Nya juga benar.
Imam Ibnu Katsir juga menjelaskan, demi Alloh, mereka tidak berharap dikembalikan ke dunia itu untuk menjumpai keluarga dan kaum kerabat, akan tetapi mereka berharap dikembalikan ke dunia untuk melaksanakan ketaatan kepada Alloh Tabaroqta’alla.
Karenanya, berbuatlah ketaatan kepada Alloh Tabaroqta’alla ketika masih hidup. Isilah usia kita yang sangat singkat ini dengan selalu bercocoktanam kebaikanlah.
Karena apa pun yang kita lakukan di dunia akan dipanen di akhirat nanti. Dan sebaik-baiknya bekal di akhirat adalah kebaikan dan taqwa.
“… Bawalah bekal, karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Dan bertakwalah kepada-Ku, wahai orang-orang yang mempunyai akal sehat!” [Q.S. Al Baqarah: 197].
Penulis: Wawan Idris