28.7 C
Indramayu
Kamis, September 11, 2025


Demo, Perubahan Iklim Politik, dan Investasi

Oleh Dr. Supriyanto Dj. Manguntaruno
Penulis adalah pelayan pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Indramayu Jawa Barat, E-mail: [email protected]

MEMBIARKAN dana kita “menganggur” tentu tidak bijak. Sikap itu bisa diibaratkan memiliki sekian luas sawah tapi dibiarkan tidak ditanami padi.

- Advertisement -

Sama halnya dengan memiliki sekian luas perkebunan namun tak ditanami tanaman produktif apapun.

Pembiaran atas dana, sawah, atau kebun menyebabkan tak akan adanya aktivitas pekerja, tak ada aktivitas ekonomi, tak ada tantangan, dan jelas tak akan ada masa panen.

Namun, salahkah ketika kita membiarkan dana kita disimpan begitu saja di bank? Salahkah ketika kita membiarkan luasan sawah yang dimiliki atau tanah perkebunan yang dimiliki dibiarkan menganggur?

Sebutlah alasannya, misalnya, karena sedang ada perubahan iklim politik yang tidak tentu, banyak demonstrasi massa, dan lainnya.

Mungkin tidak ada yang salah, tapi jelas tidak bijak, sebab akan ada banyak orang atau pihak dirugikan ketika dana dibiarkan menganggur, sawah dan kebun dibiarkan menganggur.

Mengamankan Aset

Hari-hari ini suasana politik dalam negeri terguncang akibat banyaknya demo yang meluas di berbagai tempat (Jakarta, Makassar, Surabaya, Medan, Bandung, dan Solo) dan ini jelas berpengaruh terhadap kondisi market.

Anindia Bakrie, sebagai Ketua KADIN, mengingatkan bahwa dialog yang damai merupakan jalan lebih baik untuk memecahkan masalah yang terjadi.

Di sisi lain, untuk mengamankan aset, Asosiasi ritel dan pengusaha shopping center meminta pemerintah untuk meningkatkan upaya pengamanan di sekitar tempat usaha (pasar, mall, dll.) yang akan menjamin tetap lancarnya upaya pelayanan dan kegiatan bisnis.

Sementara itu banyak analis perekonomian dari berbagai belahan dunia selalu mengingatkan bahwa kondisi market sangat bergantung kepada seberapa lama demo dan kerusuhan berlangsung.

Memang, beberapa kasus terdahulu memberikan pesan bahwa dampak pasar akibat protes atau demo biasanya bersifat sementara dan para pelaku ekonomi akan dengan cepat memulihkan kerugian yang dideritanya.

Namun masalahnya menjadi tidak sederhana ketika hal itu dikaitkan dengan fundamental ekonomi yang lemah.

Melihat hal itu, salah satu market investasi yang masih menarik adalah emas. Kinerja harga emas selama Agustus 2025 cukup menjanjikan.

Betapa tidak, harga emas dunia mengalami rekor penutupan harga tertinggi di level US $ 3.448,5 per troy ounce. Dalam grafik di media sosial dan mesin pencari, dinyatakan bahwa sepanjang Agustus 2025 harga emas menguat sekitar 4,8 persen.

Memasuki bulan September 2025 ini, emas semakin menjadi pilihan investasi yang menjanjikan di tengah demo massa yang belum sepenuhnya reda di dalam negeri.

Selain itu, dari dunia internasional pun terdapat dorongan investasi ke emas, khususnya dari perkembangan kondisi dalam negeri Amerika Serikat (AS). Seperti kita ketahui, di AS terjadi gejolak politik moneter.

Ini terjadi akibat dari, salah satunya, pemecatan anggota Dewan Gubernur The Fed oleh presiden Donald Trump.

Pemecatan itu seketika menimbulkan keraguan terhadap independensi bank sentral. Kondisi inilah yang mendorong para investor di sana dan di belahan dunia lain untuk berinvestasi di aset aman, yaitu misalnya: emas.

Kondisi independensi The Fed itulah yang menjadi faktor politik dan arah kebijakan moneter AS sedemikian sehingga cenderung menjadi katalis utama pergerakan harga emas.

Pendek kata, prospek harga emas tetap positif meskipun rentan berfluktuasi yang bergantung kepada pengaruh data ekonomi global dan dinamika geopolitik.

Respons Pemerintah dan Sikap Investor

Sadar akan pentingnya menyelamatkan berbagai aset di dalam negeri, pemerintah telah merespon dengan melakukan lima sikap atau langkah utama.

Kelima sikap itu yakni: konsolidasi dengan para pimpinan politik, memberikan perlindungan hak atas demo secara damai namun bersikap tegas pada anarki, mereformasi DPR (pemotongan tunjangan dan larangan perjalanan), bersikap keras pada dugaan makar/terorisme, dan mengeluarkan himbauan untuk menjaga persatuan.

Langkah utama ini banyak didukung sebab disadari bahwa stabilitas sosial politik menjadi salah satu kunci kepercayaan market, dalam arti jika protes terus berlarut, maka risiko pelemahan rupiah dan tekanan sektor keuangan lainnya dapat meningkat.

Bagi mereka yang terbiasa dengan investasi saham, kondisi demo dan ketidakstabilan politik memang agak terganggu dengan kekhawatiran akan menurunnya pendapatan dari berbagai perusahaan yang sahamnya telah dimiliki.

Menurunnya pendapatan akan berefek ke menurunnya jumlah dividen yang akan diterima investor, serta menurunnya harga saham.

Maka, kerugian tidak hanya pada dividen tapi juga pada nilai kapitalnya (capital gain). Apakah dalam hal ini pemerintah membiarkan kondisi market seperti itu?

Sebaiknya kita percaya bahwa pemerintah memperhatikan semua aspek perekonomian negara. Namun, terlalu bergantung kepada pemerintah tidaklah bagus.

Terpenting adalah melakukan perhitungan sendiri di bidang yang kita geluti sehari-hari dan yang dapat kita lihat serta saksikan dalam kehidupan sehari-hari.

Apapun yang terjadi, semua investor hendaknya bijak dan selalu melakukan analisis sebelum melakukan eksekusi. Khusus di Indonesia, indeks harga saham pun ditandai dengan aneka perubahan.

Sementara kalangan ada yang menganggap bahwa analisa fundamental sudah tidak akurat lagi untuk digunakan, sebab banyak saham yang dianggap tidak jelas fundamentalnya, namun dimiliki oleh para konglomerat harganya bisa naik secara signifikan.

Tidak hanya naik, bahkan fluktuasinya menantang bagi mereka yang menginginkan capital gain. Mereka yang cenderung mengejar capital gain, fluktuasi harga jelas menjadi incaran untuk dieksekusi.

Itulah sebabnya cukup banyak yang memperhatikan indeks LQ45, IDX30, Kompas100, dan MSCI. Biasanya hal itu berbasiskan kondisi fundamental dari perusahaan: semakin bagus fundamentalnya, semakin sering sebuah saham masuk indeks.

Saham-saham yang masuk ke dalam list indeks-indeks ternama, terkenal sangat likuid sehingga menjanjikan dari sisi capital gain.

Fenomena uniknya adalah, selalu ada saham yang seakan diragukan fundamentalnya namun harganya berfluktuasi cukup menarik para pemburu capital gain.

Dari sisi inilah respons pemerintah sangat dinanti masyarakat investor. Faktanya adalah bahwa kita ternyata tidak cukup menganalisa berbagai data yang dipublikasikan oleh laporan berbagai emiten (perusahaan terbuka).

Data-data kinerja emiten di penghujung Agustus 2025 (yang melaporkan kinerja keuangan kuartal kedua) dan data-data ekonomi bulanan lainnya ternyata memang menarik untuk dianalisis tingkat pertumbuhan labanya, tingkat valuasinya, bahkan menarik untuk memprediksi arah inflasi yang akan terjadi.

Namun di balik itu, sedikit riak kecil saja dari gelombang politik dalam negeri (pun panggung politik global) dapat dengan seketika dan mudahnya menggerakkan seluruh market (pasar).

Maka, respons pemerintah benar-benar dinantikan ketegasannya. Ketegasan akan menciptakan kestabilan politik dalam negeri. Ini memang tidak kasat mata. Namun stabilitas politik dan arah kebijakan yang jelas akan menjadi fondasi fundamental ekonomi negara.

Di atas fondasi fundamental ekonomi negara yang kuat inilah kondisi investasi di sisa tahun ini dan tahun berikutnya akan berdiri. Dari alur inilah, sikap investor perlu bijak dan akurat.

Investor harus memetakan dampak dari sikap politik legislatif dan eksekutif ke berbagai sektor yang terdampak.

Jika keputusan politik anggaran (hasil kompromi legislatif dan eksekutif) lebih populis dalam arti cenderung memberikan alokasi bantuan sosial yang besar, maka sektor konsumsi (consumer goods) dan ritel menjadi lahan positif unruk berinvestasi jangka pendek.

Ini terjadi karena kebijakan pemerintah yang populis yang meningkatkan daya beli masyarakat dapat meningkatkan konsumsi sehingga sektor consumer goods meningkat.

Kondisi lain harus diperhatikan, jika keputusan politik anggaran ternyata mempertahankan alokasi besar bagi proyek-proyek strategis, maka investor dapat memutuskan untuk berinvestasi di sektor perbankan, properti industri, konstruksi, infrastruktur, dan semen. Ini bisa dipilih sebab ada kepastian akan berlanjutnya proyek-proyek besar negara.

Nah, bagaimana jika demo terus berlangsung dan muncul banyak ketidakpastian? Kondisi ini yang dihindari investor.

Ketidakstabilan dan ketidakpastian yang berkepanjangan akan membuat investor cenderung menahan diri, bahkan akan memutuskan untuk menanamkan dananya ke luar negeri yang dirasa lebih menjanjikan.

Alhasil, sikap bijak memahami munculnya berbagai demo, akurasi pengamatan atas situali politik yang berubah, dapat menopang kemampuan menganalisa data perkembangan perekonomian untuk menentukan bagaimana kita harus berinvestasi.***

 

Artikel Terkait

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!

Berita Terpopuler