ALHAMDULILLAHI ROBBIL ‘ALAMIN. Allahumma sholli ‘ala Muhammad, wa‘ala alihi wa shohbihi wa sallam. Wahai Saudaraku, sesungguhnya jasa kedua orang tua terhadap anaknya sangat besar.
Seorang ibu telah mengandung anaknya dalam keadaan lemah dan susah. Dia menyabung nyawa untuk melahirkan anaknya. Kemudian memelihara dan menyusui dengan penuh kelelahan dan perjuangan selama dua tahun.
Mengutip tulisan Ustadz Abu Ismail Muslim al-Atsari dalam almanhaj.or.id, berbakti kepada kedua orang tua merupakan sperintah Alloh Azza wa Jalla. Alloh Azza wa Jalla pun memberikan pahala yang sangat besar.
Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan. [Q.S. al-Ahqâf: 15].
Demikian juga sang bapak senantiasa bekerja keras guna mencukupi kebutuhan keluarganya. Sehingga tidak heran jika keduanya memiliki hak yang harus dipenuhi oleh sang anak, bahkan hak orang tua itu mengiringi hak Alloh Azza wa Jalla.
Beribadahlah kepada Allâh dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak. [Q.S. an-Nisâ`: 36].
Hak kedua orang tua itu melebihi manusia manapun. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menjelaskan hal ini dalam hadits sebagai berikut:
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, ia berkata: Seorang lelaki datang kepada Rasululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu bertanya:
Wahai Rasûlullâh, siapakah orang yang paling berhak mendapatkan perbuatan kebaikanku?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Ibumu!” Lelaki itu bertanya lagi, “Kemudian siapa?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Ibumu!”
Lelaki itu bertanya lagi, “Kemudian siapa?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Ibumu!” Lelaki itu bertanya lagi, “Kemudian siapa?” Beliau menjawab, “Bapakmu! [H.R. al-Bukhâri, no. 5971; Muslim, no. 2548].
Bahkan kewajiban berbakti kepada orang tua itu melebihi kewajiban jihad fî sabîlillâh. Dari Abdullâh bin ‘Amr bin al-‘Ash radhiyallahu anhu, ia berkata:
Seorang laki-laki datang kepada Nabi Allâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu berkata, ‘Aku berbai’at kepadamu untuk hijrah dan jihad, aku mencari pahala dari Allâh.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, ‘Apakah salah satu dari kedua orang tuamu masih hidup?’ Dia menjawab, “Bahkan keduanya masih hidup.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya lagi, “Apakah kamu mencari pahala dari Allâh?
Dia menjawab, “Ya”. Nabi bersabda, “Kalau begitu pulanglah kepada kedua orang tuamu, lalu temanilah keduanya dengan sebaik-baiknya. [H.R. Muslim, no. 2549].
Penulis : Wawan Idris
Sumber: almanhaj.or.id