ALHAMDULILLAHI ROBBIL ‘ALAMIN. Allahumma sholli ‘ala Muhammad, wa‘ala alihi wa shohbihi wa sallam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Sebaik-baiknya ibadah umatku adalah membaca Al Qur’an. [H.R. al- Baihaqi].
Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Barang siapa yang membaca satu huruf dari kitab Allah, maka baginya satu kebaikan. Satu kebaikan itu dibalas dengan sepuluh kali lipatnya.
Aku tidak mengatakan alif laam miim itu satu huruf, tetapi aliif itu satu huruf, laam itu satu huruf, dan miim itu satu huruf. [H.R. Tirmidzi, no. 2910. Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan sahih].
Banyaknya pahala yang dijanjikan dari sebab membaca Al Qur’an ini seiring dari begitu pentingnya memahami, mentadaburi, dan mengamalkan Kita Suci ini.
Seseorang yang membaca Al Qur’an bukan hanya sekadar menuai pahala, akan tetapi lebih dari itu ia akan menjadi hamba Alloh Tabaroqta’ala yang taqwa dan senantiasa dilimpahi rahmat dan ridho-Nya.
Allah Tabaroqta’alla berfirman:
Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran (Al-Qur’an) dari Tuhanmu dan penyembuh (obat) bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang beriman. [Q.S. Yunus: 57].
Ayat di atas menjadi alasan kenapa ummat Islam wajib mempelajari atau mentadaburi dan mengamalkan Al Qur’an setiap saat. Al Qur’an berisi pelajaran dan petunjuk bagi manusia dalam menjalankan kehidupannya.
Dengan menjadikan Al Qur’an sebagai petunjuk, maka seorang muslim akan mendapatkan rahmat Alloh Tabaroqta’alla. Hatinya pun bersih, terbebas dari segala penyakit, terutama subhat, kesombongan, iri, dan dijauhkan dari kemaksiatan.
Sebaliknya, muslim yang tidak menjadikan Al Qur’an sebagai pegangan hidupnya, maka ia akan dikendalikan hawa napsunya. Ketahuilah, hawa napsu itu adalah teman syaiton. Dan syaiton akan selalu mengajak pada kekafiran, kemaksiatan, dan dosa.
Orang-orang yang telah dikendalikan syaiton akan melalaikan kewajibannya beribadah kepada Alloh Tabaroqta’alla. Bahkan mereka merasa tidak berdosa walau melakukan dosa besar sekali pun, hingga azal menjemput. Saat itulah penyesalan pun datang.
Pada hari datangnya kebenaran pemberitaan Al Qur’an itu, berkatalah orang-orang yang melupakannya sebelum itu:
Sesungguhnya telah datang rasul-rasul Tuhan kami membawa yang hak, maka adakah bagi kami pemberi syafa’at yang akan memberi syafa’at bagi kami, atau dapatkah kami dikembalikan (ke dunia) sehingga kami dapat beramal yang lain dari yang pernah kami amalkan?” [Q.S. Al A’raf: 53].
Dalam Q.S. Al An’an: 27-28 Alloh Tabaroqta’alla berfirman:
Dan jika kamu (Muhammad) melihat mereka dihadapkan ke neraka, lalu mereka berkata:
Kiranya kami dikembalikan (ke dunia) dan tidak mendustakan ayat-ayat Tuhan kami, serta menjadi orang-orang yang beriman, (tentulah kamu melihat suatu peristiwa yang mengharukan).
Penulis: Wawan Idris