MHNEWS.ID. Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi menegaskan Kabupaten Indramayu bisa menjadi pusat kebudayaan, industri, dan menjadi pusat pariwisata.
Gubernur Dedi mengatakan hal itu saat memberikan sambutan dalam Rapat Paripurna Istimewa Hari jadi ke-498 Kabupaten Indramayu, Selasa (7/10/2025) di Gedung DPRD setempat.
Ditegaskan Gubernur Dedi Mulyadi, Indramayu bisa menjadi pusat-pusat tersebut manakala pemimpinnya melakukan adaptasi antara sejarah dan budaya masa lalu dengan kekinian.
“Apa sih sebenarnya yang dimiliki Indramayu? Indramayu itu ahli berkelahi. Kenapa? Karena tentara. Dulu prajurit Mataram. Dulu membangun sawah-sawah di sepanjang Pantai Utara,” paparnya.
“Jadi kalau karakternya keras itu wajar. Karena dia titisan para prajurit. Ahli-ahli berkelahi. Ahli-ahli perang,” sambungnya.
“Tetapi di balik itu, orang Indramayu itu lembut. Apa bentuk kelembutannya? Dia sangat estetik. Bisa dilihat dari kemampuan tarian, tari topeng, kemudian pengemasan kesenian,” sambungnya lagi.
Dua hal ini, tegas Dedi sering dilupakan oleh para pemimpin untuk diadaptifkan.
“Kenapa kegagalan para pemimpin kekinian itu kan tidak mau membuat narasi masa lalu itu sebagai narasi masa kini,” jelasnya.
“Kita nggak mungkin balik ke abad kerajaan, kita nggak mungkin balik ke abad masa dulu, tetapi simbolisasi pembangunan zaman dulu yang melahirkan artefak itu harus dihadirkan dalam masa kini,” tegasnya.
Dikatakan Dedi, pemimpin tidak harus takut ketika membangun simbol-simbol peradaban yang bercerita masa lalu akan kehilangan masa depan.
“Kenapa? Pusat-pusat industri kepariwisataan yang memiliki basic latar belakang sejarah pasti bercerita masa lalu. Orang pergi ke Jogya itu cari masa lalu, pergi ke Bali itu cari masa lalu,” tuturnya.
“Karena kita punya masa lalu, kenapa masa lalu kita ditinggalkan dan tidak hadir di gedung pemerintah?” sambungnya.
“Pak Bupati, nanti gapura-gapuranya dibikin dikembalilkan ke zaman Wiralodra. Semua ditata, hadirkan arsiteknya. Kemudian setiap desa membuat buku sejarahnya. Kemudian dipadukan dengan pembangunan yang kekinian,” saran Dedi.
Sungainya tetap, jembatannya kekinian, tapi narasi-narasi yang ada di jembatan itu melambangkan apa? Narasi-narasi di jembatan itu bisa banyak bercerita tetang masa lalu.
“Anda mau pergi Yunani, ke nagara lain. Negara lain hanya punya lima tiang. Itu pemandu wisatanya bisa dua jam menceritakan lima tiang itu,” ungkap Dedi.
Dijelaskan Gubernur Dedi, negara lain tidak punya cerita panjang seperti di Indramayu. Dan Indramayu ini punya cerita panjang dan bukan cerita dongeng, melainkan sejarah masa lalu.
“Kalau seluruh cerita dikemas dalam film yang memadai, dalam buku-buku yang memadai, dikemas dalam cerita-cerita yang memadai saya tidak menutup kemungkinan indramayu menjadi pusat kebudayaan, menjadi pusat industri, menjadi pusat pariwisata,” tegasnya.
Penulis: Wawan Idris