29.7 C
Indramayu
Rabu, November 27, 2024


Mengantisipasi Horor Study Tour

Oleh Dr. Supriyanto Dj. Manguntaruno
E-mail: hujandikm97@gmail.com

AWALNYA heboh dan mencekam. Kecelakaan bus pariwisata yang memakan korban anak-anak sekolah membuat getir bahkan trenyuh sebagian besar orangtua siswa.

- Advertisement -

Seketika pula, berbagai rencana study tour, outing class, study banding, dan berbagai jenis kegiatan di luar kelas dan luar kota yang membutuhkan kendaraan umum sebagai sarana transportasinya, dihentikan untuk waktu yang tidak tentu.

Penghentian ini nyaris berlaku sewilayah Jawa Barat. Haruskah berbagai acara wisata ini dihentikan?

Tragedi, jika kita boleh menyebutnya demikian, yang dialami Bus Pariwisata Trans Putera Fajar bernomor polisi AD 7524 OG yang membawa rombongan SMK Lingga Kencana Depok, terguling tragis di Desa Palasari Kecamatan Ciater, Kabupaten Subang, Jawa Barat.

Kecelakaan itu menewaskan 11 orang pelajar, dan menyebabkan luka serius terhadap puluhan orang penumpang lainnya.

Kabar itu, sekarang, memang tinggal kenangan pahit. Dalam media publik, setiap satu berita akan berganti dengan berita lainnya seiring waktu yang terus maju.

Publik pun, akhirnya, seakan lupa dengan masa lalu tentang kecelakaan yang pernah terjadi, maka pada Senin 15 Juli 2024, proses kegiatan belajar mengajar untuk Tahun Ajaran 2024/2025 di berbagai Satuan Pendidikan, SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA/SMK dimulai kembali.

Masa liburan sudah berlalu. Mereka (para siswa dan orangtuanya) sudah mengakhiri masa liburan tahun ajaran yang lalu. Adakah berita yang menghebohkan, mengerikan, atau bahkan horor? Tak ada lagi.

Liburan akhir tahun ajaran kali ini diwarnai dengan berlalunya horor yang menyelimuti perjalanan pariwisata Indonesia, khususnya bagi para siswa.

Saat siswa dan pelajar lainnya sibuk memulai belajar di kampus, kesibukan apa yang harus dilakukan oleh para pemilik bus-bus pariwisata?

Saatnya Perbaiki Armada Transportasi

Adakah pelajaran yang bisa dipetik dari horor study tour yang sebelumnya terasa mencekam, bahkan membuat gerakan berbagai kegiatan keluar sekolah dan keluar kota sempat ditelikung aroma serba ketakutan?

Banyak pelajaran, memang. Pekan-pekan sepanjang Juli 2024, dunia transportasi Indonesia memang tengah berduka. Dunia transportasi Jawa Barat malah sedang tidak baik-baik saja menyusul pemberitaan di HU Kompas edisi 21 Juli 2024 berjudul “Moda Transportasi: 462 Bus Pariwisata Tak Laik Jalan di Jabar”.

Berita tersebut mengungkapkan bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan di sejumlah destinasi wisata di wilayah Jawa Barat berhasil ditemukan 462 bus tidak laik jalan.

Angka tersebut secara statistik mencapai 38,6 persen dari 1.194 bus pariwisata yang sempat diperiksa selama kurun waktu 16 Mei hingga 14 Juli 2024 di beberapa destinasi wisata di Kabupaten/Kota di Jawa Barat.

Mengapa 462 bus tersebut dinilai tidak laik jalan? Ada dua pelanggaran yang dilakukan baik dari segi administrasi maupun teknis. Secara administrasi dianggap tidak laik sebab kartu pengawasan dan buku uji kendaraan bermotor (KIR)-nya tidak aktif lagi, dan STNK belum diperpanjang masa berlakunya.

Secara teknis, mayoritas bus hanya memiliki sopir dan kernet, dan tidak memiliki sopir cadangan, padahal sopir cadangan diperlukan jika perjalanan lebih dari 8 jam karena sopir kelelahan.

Kini, saat sebagian besar pelajar mulai sibuk belajar di kampusnya, maka tibalah saatnya bus-bus pariwisata dan armada transportasi lainnya masuk bengkel untuk perawatan atau perbaikan. Perbaikan? Ya, sebab menurut data dari Kementerian Perhubungan Republik Indonesia, sampai November 2023 terdapat 16.297 bus wisata.

Namun, hanya ada 62,26 persen dari bus-bus pariwisata tersebut yang terdaftar di Sistem Perizinan Online Angkutan Darat dan Multimoda (SPIONAM).

Artinya terdapat 37,74 persen alias 6.150 bus pariwisata berkategori angkutan liar. Bus-bus pariwisata dalam kategori inilah yang rentan mengalami kecelakaan karena tidak laik jalan.

Pakai Siasat Jika Hendak Sewa Bus

Hal yang pertama harus dilakukan sebelum memilih bus pariwisata adalah menyadari resiko bahwa bus pariwisata berpotensi lebih besar mengalami musibah atau berisiko tinggi mengalami kecelakaan dibanding bus yang biasa digunakan untuk komersial (kendaraan transportasi umum).

Ini terjadi sebab bus pariwisata tidak memiliki rute trayek yang tetap. Bus pariwisata harus siap dijalankan ke arah mana saja, sesuai selera pemesan. Oleh karena itu, kiat yang pertama dilakukan adalah pilihkan bus pariwisata dengan sopir yang berpengalaman.

Kedua, waktu kerja sopir harus dibatasi. Usahakan tidak mengemudi lebih dari 8 jam karena berakibat kelelahan. Kelelahan adalah tahap awal dari kelalaian dan tidur sesaat (micro sleep).

Pertimbangan ini harus diprioritaskan sebab belajar dari masa lalu: kebanyakan kecelakaan bus pariwisata terjadi karena kelalaian sopir (akibat kelelahan) dan kondisi bus itu sendiri yang tidak laik jalan namun dipaksakan jalan.

Contohnya saat bus wisata Blue Star yang membawa rombongan dosen Universitas Pamulang mengalami kecelakaan di kilometer 176 tol Cipali (masuk wilayah Majalengka) pada Rabu 24 Juli 2024.

Kecelakaan yang memakan korban jiwa satu orang penumpang tewas tersebut terjadi karena sopir bus Blue Star tidak fokus saat berkendara sehingga bus menabrak tiang rambu penunjuk arah di media jalan.

Tidak kalah bijaksana juga, saat memilih bus pariwsata, libatkanlah banyak pihak khususnya yang memahami dunia transportasi.

Bagi sekolah atau kampus, pendapat dari orangtua murid, orangtua mahasiswa, para sopir kampus, sangat bijak jika dimintai pendapatnya: tak hanya soal berapa harga sewa bus pariwisata, tetapi menyangkut keselamatan penumpang dan aspek teknis lainnya di bidang transportasi.

Pepatah dari para ahli manajemen ada benarnya dalam hal ini.  Dalam manajemen dikenal bahwa: jika Anda gagal atau salah membuat perencanaan, sebenarnya Anda sedang merencanakan kegagalan atau merencanakan kesalahan.

Maksudnya, dalam transportasi: jika Anda salah merencanakan pemilihan bus pariwisata, sebenarnya Anda sedang merencanakan kegagalan perjalanan berwisata.

Alhasil, jika kita mau belajar dari semua peristiwa yang telah terjadi, maka horror study tour dan berbagai kekhawatiran yang menyertainya, mestinya bisa diredam.

Study tour atau berwisata sangat penting bagi para peserta didik. Oleh karena itu, jika hendak melaksanakannya maka buatlah perencanaan sematang mungkin.***

*Penulis adalah salah seorang Pegawai di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Indramayu, alumni Program Doktor (S3) Pascasarjana Universitas Negeri Semarang, Indonesia, Asia Tenggara.

 

Artikel Terkait

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terpopuler