ALHAMDULILLAHIROBBIL ‘ALAMIN. Allahumma sholli ‘ala Muhammad, wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallam. Terbebas dari hutang menjadi harapan semua orang.
Mengapa demikian? Pada tulisan sebelumnya telah dibahas, betapa memiliki hutang itu dosanya tidak akan diampuni.
Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan jaminan bagi pengikutnya yang terbebas dari hutang akan masuk sorga.
Sebaliknya, bagi pengikiutnya yang sampai meninggalnya memiliki hutang tidak akan diampuni dosanya, walau ia mati sahid.
“Barangsiapa yang ruhnya terpisah dari jasadnya dan dia terbebas dari tiga hal: [1] sombong, [2] ghulul (khianat), dan [3] hutang, maka dia akan masuk surga”. [H.R. Ibnu Majah no. 2412. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shohih].
Tidak hanya sampai disitu, dari Abu Hurairah, Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga menegaskan bahwa urusan orang yang berhutang masih menggantung walaupun sudah meninggal dunia.
“Jiwa seorang mukmin masih bergantung dengan hutangnya hingga dia melunasinya.” (H.R. Tirmidzi no. 1078. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shohih sebagaiman Shohih wa Dho’if Sunan At Tirmidzi)
Sebegitu beratnya urusan saat kita memiliki hutang. Bahkan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun sampai enggan mensholati. Dari Salamah bin Al Akwa’ radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata:
Kami duduk di sisi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu didatangkanlah satu jenazah. Lalu beliau bertanya, “Apakah dia memiliki hutang?”
Mereka (para sahabat) menjawab, “Tidak ada.” Lalu beliau mengatakan, “Apakah dia meninggalkan sesuatu?” Lantas mereka menjawab, “Tidak.” Lalu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menyolati jenazah tersebut.
Kemudian didatangkanlah jenazah lainnya. Lalu para sahabat berkata, “Wahai Rasulullah shalatkanlah dia!” Lalu beliau bertanya, “Apakah dia memiliki hutang?”
Mereka (para sahabat) menjawab, “Iya.” Lalu beliau bertanya, “Apakah dia meninggalkan sesuatu?” Lantas mereka menjawab, “Ada, sebanyak 3 dinar.” Lalu beliau mensholati jenazah tersebut.
Kemudian didatangkan lagi jenazah ketiga, lalu para sahabat berkata, “Shalatkanlah dia!” Beliau bertanya, “Apakah dia meningalkan sesuatu?” Mereka menjawab, “Tidak ada.” Lalu beliau bertanya, “Apakah dia memiliki hutang?”
Mereka menjawab, “Ada tiga dinar.” Beliau berkata, “Shalatkanlah sahabat kalian ini.” Lantas Abu Qotadah berkata, “Wahai Rasulullah, shalatkanlah dia. Biar aku saja yang menanggung hutangnya.” Kemudian beliau pun menyolatinya.” (H.R. Bukhari no. 2289).
Penulis : Wawan Idris
Sumber : https://rumaysho.com