Dalam beberapa tahun belakangan, hubungan antara peneliti dan Penyuluh Pertanian, terlihat kurang intensif. Masing-masing pihak asyik dengan masalahnya sendiri. Peneliti lebih banyak menyiapkan kebutuhannya sendiri agar secepatnya dapat meraih jenjang kepangkatan tertingginya. Sedangkan Penyuluh Pertanian pun sibuk dengan kepentingan pribadinya.
Peneliti sebagai “sumber kekuatan” Penyuluh Pertanian semakin berkurang, karena para peneliti jarang memberi informasi tentang teknologi baru di bidang budidaya dan Penyuluh Pertanian pun relatif terbatas dalam “mengisi” diri dengan hal-hal baru.
Akibatnya, wajar jika upaya meningkatkan kesejahteraan petani jadi terhambat, sekali pun langkah meningkatkan produksi pertanian dapat tercapai.
Kesejahteraan petani, rupanya tidak hanya ditentukan oleh peningkatan produksi yang cukup signifikan. Namun, banyak faktor lain yang menentukan petani dapat sejahtera atau tidak.