26.6 C
Indramayu
Jumat, Desember 6, 2024


Kisah Ulbah bin Zaid: Pada Perang Tabuk Orang Kaya Bersedekah dengan Harta dan Jiwanya (3)

ALHAMDULILLAHI ROBBIL ‘ALAMIN. Allahumma sholli ‘ala Muhammad, wa‘ala alihi wa shohbihi wa sallam. Kedermawanan para sahabat pada Perang Tabuk tak akan dapat ditandingi dengan kedermawanan siapa pun setelahnya.

Sikap rela mengorbankan seluruh kekayaan dan jiwa para sahabat pada Perang Tabuk inilah yang membuat Ulbah bin Zaid sangat sedih. Ulbah yang sangat fakir tidak bisa bersedekah walau sebutir kurma.

- Advertisement -

Sementara di depan matanya Ulbah menyaksikan para sahabat menyedekahkan seluruh hartanya demi kemenangan Umat Islam dalam menghadapi pasukan Romawi sekaligus meraih pahala zihad pada Perang Tabuk itu.

Ulbah bin Zaid Al Haritsi melihat seluruh kaum muslimin dari berbagai pelosok negeri datang berbodong-bondong. Mereka membawa apa yang dimiliki dari senjata dan kendaraan. Mereka memancang kemahnya menunggu hari keberangkatan.

Dia juga melihat transaksi di pasar Madinah. Dalam transaksi itu terjadi percakapan yang berhubungan dengan persiapan perang, dari mulai kuda, unta, panah, pedang, tameng besi, dan sebagainya. Dia menyaksikan itu semua dengan kesedihan yang sangat mendalam.

Kesedihannya semakin menghujam ketika Ulbah melihat Utsman yang datang dari Syam dengan 1.000 ekor unta beserta isinya. Unta-unta dan isinya itu dibawa untuk disedekahkan dalam menghadapai Perang Tabuk.

Datang pula tengkulak-tengkulak hendak membeli perniagaan tersebut. Salah seorang dari mereka berkata, “Ya Utsman, kami beli 2x lipat.”  Utsman menjawab, “Tidak… tidak…! Karena ada yang berani membeli lebih tinggi dari penawaran kalian.”

“Kami beli 3x lipat dari harga yang kamu dapatkan,” tawar si tengkulak lagi. Ustaman tetap menolak, “Tidak… belum cukup kalau cuma 3x lipat..!” Tengkulak pun ahirnya menawar, “Kami beli 10x lipat, ya Utsman..!”

Utsman pun berkata, “Tuan-tuan sekalian, ada di antara tuan-tuan yang hendak membelinya 700x lipat?” Apa kata mereka, ”Gila engkau Utsman..! Siapa pula yang sampai menawar hingga 700x lipat?”

Utsman pun menjawab, ”Akan tetapi Alloh telah menawarnya lebih dari 700x lipat..!” Lalu Utsman membacakan firman Alloh Azza wa Jalla:

Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji.” (Q.S. Al Baqoroh: 261).

“Saksikanlah wahai para tengkulak…semua barang perniagaan yang ada ini, seluruhnya aku infaqkan di jalan Alloh Ta’ala!” seru Utsman.

Tidak lama kemudian datang pula Abdurahman bin Auf sang dermawan, membawa 200 uqiyah perak. Datang pula ‘Abbas bin Abdul Mutholib paman Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam, Tholhah bin ‘Ubaidillah, Sa’ad bin Ubadah, dan Muhammad bin Maslamah.

Mereka semua datang menginfaqkan seluruh kekayaannya di depan mata Ulbah bin Zaid. Dia juga melihat kedatangan orang-orang yang kurang berada membawa infaq semampunya, seperti ‘Ashim bin Adiy membawa 70 wasaq kurma, ada yang membawa dua mud bahkan satu mud kurma, tidak satu pun kaum muslimin yang tidak memberi kecuali kaum munafiqin.

Subhanalloh… Allohu Akbar… Itulah kedermaawanan para sahabat. Kedermawanan yang tanpa batas. Mereka terbebas dari nafsu dunia, ketamakan, dan kebakhilan. Mereka tidak takut miskin karena menginfaqkan seluruh hartanya dan lebih mengutamakan akhirat. (bersambung)

Penulis  : Wawan Idris
Sumber : darunnajah.ac.id

 

 

Artikel Terkait

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terpopuler